Alarm di ponsel saya meraung-raung. Saya pun tersentak kaget sambil melirik jam, ternyata sudah jam 7:50 pagi hari. Padahal rencana perjalanan road trip ini akan diawali pada pukul 8:00. Tapi untunglah saya selalu mempersiapkan semauanya sebelum beranjak tidur. Karena sudah terlambat ya tidak sempat mandi dulu. Untunglah saya selalu memasukkan parfum kedalam urutan ketiga list barang bawaan saya kalau lagi traveling.
Mampir ke restoran sebentar untuk menyeduh kopi dan menyambar beberapa potong kue saya rasa penting. Karena perut saya masih Indonesia banget, jadi tetap harus diisi dulu sebelum melakukan aktifitas di pagi hari. Setelah semua berkumpul, perjalanan pun akan segera di mulai. Tom, sahabat baru saya dari Tourism Western Australia sudah menunggu dengan mobilnya yang akan membawa kami. Setelah semuanya siap, perjalanan pun dilanjutkan.
Spot pertama yang kami akan kunjungi adalah lokasi sandboading. Jadi Tom menawarkan pengalaman baru kepada saya. Sandboarding memang belum pernah saya lakukan. Pertama sih saya agak merasa “ah kecil cuma maen-maen dipasair doang”. Tapi pelajaran penting buat siapapun, jangan pernah menganggap remeh hal-hal yang belum pernah kamu coba. Memang sih sandboading yang akan saya coba ini tingkat resikonya lebih kecil jika dibandingkan dengan beberapa olah raga extreme lainnya.
Tom memarkir mobilnya di salah satu toko waralaba. Semula saya berfikir kita akan jajan di toko itu, tapi ternyata dia keluar dari toko dengan menggendong bebereapa papan seluncur yang akan kita pakai buat maen sandboarding. Empat buah papan lengkap dengan sebatang lilin yang akan dipakai untuk mengoles bagian bawah papan agar meluncur dengan sempurna.
Perjalanan kami lanjutkan menuju lokasi perbukitan pasir putih yang akan jadi lokasi kita bermain “prosotan“. Setelah menemukan spot asik, Tom menghentikan mobilnya dan memandu kami untuk naik kesalah satu bukit. Pasirnya sungguh putih sekali, sehingga saya butuh kacamata hitam pekat, agar tidak silau melihat bukit-bukitnya.
Setelah sampai puncak bukit, jujur saya agak sedikit takut sih. Tapi Tom memberikan training singkat dan mencontohkan kepada kami bagaimana cara meluncur yang aman dan ceria. Sayapun penasaran ingin segera mencobanya.
Walaupun sedikit deg-deg an saya pun memberanikan diri mencobanya. Pada awal meluncur agak sedikit goyang karena tidak stabil. Tapi setelah saya mengikuti saja alur pasirnya, ternyata seru juga. Sampai di bawah dengan selamat sentausa. Tapi saya masih penasaran ingin mencobanya kembali. Hingga pada percobaan ketiga saya marasa puas dan siap menyudahi. Tapi ternyata Tom malah ngajak bertanding. Alhasil kami bertiga pun bertanding meluncur kebawah bersamaan.
Cuaca sudah sangat terik sekali. Beberapa bukit masih terlihat ramai oleh anak-anak yang tidak mau diajak pulang orang tuanya. Bahkan di beberapa bukit lainnya juga terlihat para penunggang motor trail sedang bercengkrama dengan pacuan adrenalinnya. Pengalaman yang luar biasa buat saya bisa mencoba hal-hal baru, di tempat baru dan bersama teman-teman baru.
Perjalanan pun dilanjutkan. Destinasi selanjutnya adalah makan siang. Dan makan siang kali ini akan sempurna karena menunya adalah lobster, wow sekali kan.
Perut sudah keroncongan ketika saya sampai di Lobster Shack. Sebuah tempat makan yang juga tempat pengembang biakan Lobster. Yang unik dari tempat ini, ternyata mereka juga menyediakan tur mengunjungi kolam-kolam pengembangbiakan lobsternya. Tur dibuka dengan menonton sebuah Video profile dari lobster shack. Kemudian setelah video selesai, kami di bagikam satu-satu alat untuk mendengarkan penjelasan tentang spot-spot yang akan kita kunjungi.
Di dalam lokasi pengembangbiakan lobster ini di tandai dengan nomer-nomer. Nah kita tinggal memencet angka di alat pemandu itu untuk mendengarkan penjelasan. Asiknya adalah, ada penjelasannya dalam bahasa Indonesia. Memang Indonesia menduduki peringkat ke 7 dari daftar wisatawan terbanyak yang mengunjungi Western Australia.
Setelah tur selesai, Tom membawakan kami beberapa kotak makanan yang lengkap dengan lobster sedang tidur manis diatasnya. Tanpa pikir panjang, sayapun segera menyantap hidangan istimewa itu. Eh tapi tunggu dulu, saya sengaja memotret makanan ini biar kalian pada ngences ya he he.
Daging lobsternya lembut sekali. Bumbunya juga pas, tidak terlalu banyak bumbu, sehingga lezatnya lobster benar-baner terasa hingga gigitan terakhir ha ha. Sebenarnya pengen nambah losternya saja, tapi malu sama Tom, karena harganya juga tidak murah sepertinya. Untuk satu kotak makanan ini di bandrol dengan harga sekitar 35 AUD, mayan kan kalo buat makan ke warteg.
Setelah kenyang, perjalanan harus di lanjutkan. Roadtrip kali ini berlanjut menuju salah satu destinasi paling epic di Western Australia, tepatnya di taman nasional Nambung. Ada yang tahu saya mau kemana?
Nantikan kelanjutan cerita perjalanan saya bareng AirAsia Indonesia dan Western Australia Tourism ya.