Siapa yang tidak tau apa itu kapal pinisi. Mungkin hampir semua orang kenal dengan nama sebuah alat transportasi yang sudah diakui dunia tentang keandalannya itu. Namun mungkin ada yang belum tahu bahwa kapal keren ini adalah warisan leluhur putra bangsa negeri ini.
Kampung Panrang luhu ini letaknya di bagian timur Tanjung bira. Mungkin kalau di bandingkan dengan Tana beru, kepopuleran kampung ini masih kalah. Namun saya justru tertarik untuk mengeksplore lebih jauh tentang keberadaan tempat pembuatan kapal-kapal layar itu di kampung ini.
Kapal pinisi adalah sebuah kapal layar yang memiliki dua tiang utama dan tujuh layar. Tiga layar di pasang di bagian ujung depan kapal, dua di bagian agak tengah dan dua lainnya di bagian belakang kapal. Konon katanya ketujuh layar ini menyimbulkan bahwa nenek moyang mereka sudah berhasil mengarungi tujuh samudra di dunia, sebuah prestasi yang harus nya membuat kita semakin bangga punya nenek moyang pelaut handal.
Sedikit mengobrol dengan pak sidiq saya mendapat banyak sekali informasi tentang pembuatan perahu di kampung ini. Untuk membuat sebuah perahu pinisi raksasa seperti di depan saya ini di butuhkan waktu sekitar satu setengah tahun, dengan biaya yang sudah dalam kategori miulyaran rupiah. Dalam pembuatan sebuah kapal pinisi sendiri tidak lepas dari yang namanya unsur mistis. Indonesia banget kalau sudah ngomongin hal beginian.
Selain itu juga ada beberapa sesajen yang harus ada dalam sebuah ritual dalam pembuatan kapal. Seperti harus adanya sesajen yang berasa manis dan seekor ayang jago putih.
Pemotongan lunas biasanya di dua tempat, yakni di bagian depan dan ini akan di buang kelaut sebagai symbol bahwa kapal akan menyatu dengan laut, sementara potongan lunas bagian belakang akan di buang ke darat, artinya sejauh apapun kapal ini berlayar niscaya pasti akan kembali kedarat juga.