Duh ini motor beratnya berapa ya? Pertama naik motor besar yang sering saya lihat di film atau di jalanan saja itu rasanya gimana gitu. Hal ini saya alami ketika harus menaiki Harley Davidson saat muter-muter Singapore bareng Adventouride.com beberapa minggu lalu.
Pertama memang berat sekali. Apalagi saya terbiasa dengan menunggangi si Rio jadul saya. Tapi setelah motor itu jalan, enak kok, asal kita bawanya juga tenang ya. Jangan panik kalau mau belok, soalnya kebayangkan motor sebesar itu gak bisa nikung cantik ala Pario Ijo saya.
Kalau biasanya saya muter Singapura dengan kendaraan umum seperti MRT atau Bus yang sudah tertata dengan apik, rasanya penasaran untuk muter Singapura dengan perspektif berbeda dengan menggunakan motor dan sepeda. Itu juga alasan saya kenapa langsung meng-iyakan ajakan Sasya salah satu geng dari Adventouride untuk explore hore Singapura dengan motor dan sepeda.
Nah pertama terima ajakan saya bingung. Apakah SIM-C saya berlaku disana. Ternyata setelah konsultasi dengan Justin, salah satu pentholan Adventouride, SIM-C saya berlaku untuk motor-motoran asik di Singapura. Berarti aman lah.
“Mas mau bawa Harley apa motor kecil” dan saya pun galau membaca pertanyaan Justin di grup whatapp trip hore ke Singapura ini. Langsung kebayang deh Naik motor gede bak Renegade dulu dengan gagahnya membonceng CJ Parker yang di perankan oleh Pamela Anderson pasti akan membuat orang sirik dan nyinyir. Eh tapi wait, CJ kan tokok dalah serial TV Bay Watch kesayangan, jadi beda acara dengan Renegade, ah tapi sudahlah, jangan biarakan angan liar ini berhenti.
Hari pertama saya diajak muter-muter ke Henderson Wave Bridge, tempat paling kece untuk melihat Singapore dari atas. Lokasi ini memang agak jauh dari jangkauan MRT dan Bus, jadi dengan motor kita lebih leluasa.
Jalanan menuju Handerson Wave Bridge penuh dengan pepohonan. Saya menemukan sisi lain Negara super canggih ini. Tak heran jika di lokasi ini saya menemui banyak sekali warga Singapura yang berolah raga. Rasanya emang nyaman sekali buat Jogging bersama keluarga. Dan Handerson Wave Bridge ini juga asik sekali. Terbuat dari susunan bilah-bilah kayu yang tersusun rapi dan di beberapa tempat di desain berombak. Mungkin karena ini juga namanya jadi Handerson Wave Bridge.
Salah satu tempat yang baru saya lihat juga adalah sisi belakang samping dari Bandara Changi. Saya di ajak Justin, jagoannya Adventuride untuk jalan ke tempat-tempat yang belum mainstream. Changi East Cost adalah tujuan kami selanjutnya. Walaupun sudah beberapa kali datang ke Singapura, baru kali ini saya busa menyentuh bibir pantai yang langsung menghadap lautan.
Destinasi seputaran kota juga tak luput dari putaran roda sepeda motor kami. Oh ya karena menunggangi motor keliling perkotaan Singapura ternyata seru juga. Kalau biasa saya motoran dengan panorama alam pantai dan pegunungan, tapi di Singapore Saya merasakan sensasi berbeda. Sebut saja area Bugis Street, Marina Bay Sand dan Orchad Road tak luput dari daerah yang akan kami putari.
Puas Keliling Singapura, perut juga di manjakan oleh hidangan bakar-bakaran yang lezat. Justin memesan menu seafood untuk makan malam kami. Tak selang berapa lama hidangan datang, dan whuzzzz secepat kilat kami melahapnya.
Oh ya selama di Singapura, Saya, kak Swastika dan Sasya menginap di area Boat Quay. Hostel terjangkau dan bersih, serta gampang akses kemana-mana. Satu yang saya salut dari Singapura adalah mereka bisa merubah daerah kota Tua-nya di sulap jadi daerah yang fungsional tapi tetap dengan bangunan arsitektur di pertahankan.
Ternyata Singapura gak asik buat motoran saja. Adventouride juga mangajak saya untuk mencopa sepedahan keliling Singapore. Yess sepeda onthel menikmati sisi-sisi lain Singapura yang selama ini jarang saya singgahi karena memang akses kesana gak biasa buat turis apalagi turis dari Indonesia.
Trus sepedanya minjem kemana mas?
Gak ada pinjeman sih, kecuali kamu punya mantan di Singapura. Tapi jangan kuatir kalau kamu gak punya Mantan di Singapura, Adventouride akan mengurus semuanya, bahkan mendampingi dan membelikan es krim sambil menikmati sunset. Eh tapi ati-ati, kami kemarin sempat di php sama tukang es krim ha ha.
Berbekal peta yang sudah di tandai dengan Stabillo, kami menyusuri sudut-sudut Singapura. Satu hal yang perlu kalian perhatikan, ketika memasuki lorong underpass kita harus berjalan menuntun sepedanya. Jadi di depan thunnel itu ada larangan menunggangi sepeda di dalam terowongan. Semua berjalan pelan dan saling menghargai. Senangnya hidup berdampingan.
Kalau kalian mau merasakan sensasi liburan yang berbeda, silahkan menghubungi geng Adventouride deh, mereka bisa mengurus semuanya untuk kita. Selama ini mereka juga biasa mengurus touring keliling Singapura dengan motor Harley, bahkan touring antar negara juga mereka sudah ahli mengurusnya. Jadi tinggal bawa badan dan paspor, saya jamin perjalanan kalian di Singapura bakal tak terlupakan.