Kalau perjalanan ke Jepang biasanya explore Tokyo, Kyoto, Hokkaido serta kota-kota canggih lainnya saja, kali ini agak sedikit berbeda. Saya gak akan bercerita tentang kota canggih yang ada di Jepang, tapi tentang pulau tropis yang hangat. Pulau yang menjadi destinasi wisata andalan bagi sebagian besar masyarakat di Jepang, Okinawa.
Terletak di ujung selatan Jepang, Pulau Tropis ini memiliki banyak sekali hal menarik untuk diexplore. Tapi yang paling menarik buat saya selain landscape yang keren adalah tentang warisan budaya dan kisah-kisah sejarah yang terjadi di Okinawa.
Kebetulan waktu saya ke Okinawa kemarin bertepatan dengan peak season libur musim panas bagi warga Jepang. Meski di bayang-bayangi tyfoon, namun tidak menyurutkan niat untuk explore Okinawa.
Pesawat JAL yang saya naiki dari Bandara Haneda menuju bandara kota Naha adalah jenis pesawat berbadan besar. Karena lagi musim liburan, semua kursi kabin terisi penuh. Penerbangan gak terlalu lama kok, cuma sekitar 2 jam lebih kita sudah sampai. Tapi sebuah kejadian menjelang pendaratan di Okinawa, sempat membuat saya dan beberapa penumpang lainnya panik. Pesawat kami gagal landing karena cuaca tiba-tiba buruk saat itu. Pesawat kembali mengudara dengan terseok. Sambil menunggu cuaca bagus kami mutar-mutar saja diatas laut kota Naha. Hingga ada pengumuman bahwa kita akan kembali mendarat di Bandara. Semua terlihat khusuk berdoa, tak terkecuali saya. Apa yang saya bisa baca, saya baca saat itu. Intinya minta perlindungan sama Tuhan agar proses pendaratan kedua ini berjalan lancar. Dan alhamdulillah, walaupun agak hard landing, kami bisa sampai di pulau tropis yang pernah menjadi saksi sejarah Perang dunia Kedua ini.
Tak mau menyia-nyiakan waktu, begitu keluar bandara, langsung deh proses explore Okinawa-nya dimulai. Hal pertama yang saya tuju adalah goa Gyokusendo. Sebuah objek wisata yang terletak di Okinawa World. Goa ini sudah terbentuk sekitar 300 ribu tahun yang lalu. Duh lama banget ya. Goa ini ditemukan sekelompok peneliti pada tahun 1967. Untuk explore goa kita harus trekking di dalam goa sepanjang 890 meters. Sementara panjang goanya sendiri sekitar 5 kilometer.
Sepanjang perjalanan, saya banyak lihat fosil-fosil di dinding goa. gantungan stalagtit dan stalagmit juga menambah kacantikan goa ini. Belum lagi permainan cahaya dari sungai-sungai kecil yang mengalir di dalam goa. Indah sekali lihatnya. Sekilas seperti Goa Gong yang ada di Pacitan. Nah satu hal yang membuat saya agak merinding adalah ketika keluar dari mulut goa. Kita harus naik tangga berjalan yang tinggi sekali. Pas naik pertama sih gak apa-apa, begitu melihat kebelakang, kok agak jiper ya ha ha.
Keluar dari mulut Goa kita bisa lihat berbagai toko souvenir dan oleh-oleh. Nah ternyata kita juga lewat pabrik pembuatan Habushu (Habu Sake Liquor). Dan beberapa ular terlihat meringkuk di dalam toples yang berisi Habushu. Menurut kepercayaan setempat, minuman ini bisa buat “greng” para kaum pria, hmmm coba gak yaaaaa?
Oh ya, satu hal yang bisa kalian lakukan ketika berada di komplek Okinawa World ini adalah, mencoba Bingata. Ini adalah Okinawa Kimono. Sedikit berbeda dengan kimono yang kita jumpai di beberapa daerah di Jepang. Kimononya lebih colourful. Motif bingata ini mirip-mirip dengan Batik, dan menurut keterangan yang punya toko, motif-motif ini dipengaruhi juga dengan budaya dari Indonesia lewat transaksi jual beli perdagangan jalur sutra.
Selain itu kita bisa juga melihat beberapa rumah tradisional masyarakat Okinawa pada jaman dulu.
Tarian Arwah, Eisa
Satu hal yang menarik saya ketika mencari informasi tentang Okinawa kemarin adalah Eisa, tarian arwah yang biasa ditarikan untuk menyambut kedatangan kembali nenek moyang mereka.
Kebetulan, kedatangan saya bertepatan dengan acara Zento Eisa Matsuri, sebuah helatan akbar Esia yang digelar setahun sekali. Semua orang tumpah ruah di sebuah lapangan untuk menonton pertunjukan ini. Bahkan tak jarang juga yang menggunakan seragam Eisa. Yang menarik buat saya adalah, mereka nontonnya rapi bener, pada gelar tiker sambil bawa perlengkapan piknik di tengah lapangan.
Oh ya, saya juga sempat mampir ke Eisa Museum. Disana saya bisa belajar menabuh gendang besar yang dinamakan Odaiko, Shime-daiko dan Paarankuu. Seru sekali sih belajar cara mereka menabuh dan melakukan gerakan dari sebuah lcd monitor. Jadi kita tinggal mengikuti gerakan-gerakan yang diajarkan instruktur di dalam video tersebut. Mirip lah sama gerakan-gerakan senam kegel dari bunda Berty Tilarso yang malang melintang di tv Indonesia kala itu.
Selain budaya dan Sejarah, Okinawa juga punya banyak sekali pulau-pulau cantik. Salah satunya adalah pulau Ishigaki. Nah ternyata godaan untuk explore Ishigaki juga membuat saya tergiur. Lewat beberapa brosur yang saya dapatkan di Okinawa, akhirnya saya terbang ke Ishigaki. Masih dengan pesawat JTA, saudara sekandungnya JAL (Japan Airlines). Gak butuh lama kok terbangnya, cuma sekitar 45 menit hingga satu jam saja. Dan benar, ternyata Ishigaki punya pesona pantai-pantai dan senja yang indah.
Pulau Iriomote menjadi incaran saya. Dari Bandara Ishigaki, kita bisa menuju ke Ferry Transfer Terminal. Dan menyeberang ke Pulau Iriomote juga gak lama, cuma sekitar 1-2 jam saja. Ketika berlabuh di pulau kecil itu, satu hal yang saya rasakan adalah pulau tropis yang damai. Beneran aura liburan tenang saya rasakan disini. Mungkin seperti Bali pada masa ditemukan pertama kali dulu ya. Bahkan, Yurika gadis Jepang yang menjadi teman baru saya waktu itu berceloteh bahwa Iriomote cuma punya 2 traffic light. Kece ya.
Iriomote punya banyak spot keren. Namun saya tergoda untuk datang ke Star-shaped sand beach. Letaknya tak jauh dari dermaga kok. Cuma sekitar 20 menit berkendara saja. Dan akhirnya saya melihat pantai dengan pasir putih yang indah di Jepang.
Cuaca yang sangat terik memaksa saya mengurungkan niat untuk main air basah-basahan. Mending kita explore tempat keren lainnya saja ya. Yurika mengajak saya untuk main ke Yubu Island. Pulau ini terletak tak jauh dari pulau Iriomote. Hanya sekitar 10 menit menyebrang jalur laut saja. Menariknya, kita harus menaiki kereta kerbau untuk sampai ke pulau itu.
Ada beberapa hal menarik di pulau tropis kecil ini. Kita bisa melihat taman kupu-kupu disana. Dan tidak ada kendaraan bermotor, jadi kemana-mana kita harus jalan kaki. Jadi benar-benar damai sekali.
Tak terasa sore menjelang, dan setelah melihat jadwal ferry akhirnya saya memutuskan untuk ikut ferry sore ini balik ke Ishigaki. Rencananya sih pengen lihat senja diatas kapal ferry. Dan alhamdulillah doa saya terkabul. Sebuah senja terlihat begitu damai mendamaikan. Sayangnya saya gak bisa meluk seseorang disana pada waktu itu, hanya kenangan mantan saja, ehh…
Pengalaman menarik dan mengharukan kembali saya dapatkan ketika mengunjungi Peace Memorial Park di Okinawa. Sebuah monumen yang dibangun di atas tebing menghadap ke laut. Dan kabarnya di titik itulah peristiwa Jiketsu (bunuh diri) para tentara Jepang dan warga Okinawa yang menolak menjadi tawanan perang terjadi. Pantesan kok auranya berbeda ya waktu muter-muter komplek monumen ini he he.
Monumen ini juga sebagai pengingat bahwa Okinawa pernah menjadi daerah penting pada Perang dunia kedua dulu. Sebuah pertempuran hebat yang dikenal dengan pertempuran Okinawa terjadi di Pulau ini dengan memakan korban ratusan ribu orang. Merinding man..
Satu hal menarik lagi saya temukan di Okinawa. Shurijo Castle. Sekilas kalau kita masuk pertama kali akan bingung. Ini kastil peninggalan Jepang atau China. Namun setelah mendengar penjelasan dari Petugas disana, saya jadi tahu bahwa Kastil ini dibangun oleh pengaruh dua budaya, yakni China dan Jepang. Hal ini juga yang menjawab pertanyaan saya selama ini, melihat letak Okinawa lebih dekat ke Taiwan dari pada ke Tokyo, Ibukota Jepang.
Dan yang membuat saya makin kagum adalah, kastil ini dibangun dari hanya sebongkah sisa pondasi yang ditemukan. Gila ya, hanya dari reruntuhan pondasi kecil, mereka bisa membangun kembali jejak sejarah kerajaan Ryukyu yang konon katanya tak pernah dijajah oleh bangsa manapun.
Dan perjalanan ke Okinawa ini, membuat saya makin penasaran dengan cerita-cerita lain dari pelosok dunia. Kemana lagi ya enaknya.
Jangan lupa tonton petualangan saya kali ini di channel youtube ini ya