
Valentine day atau hari kasih sayang memang identik dengan kemesraan bersama pasangan. Namun sebenarnya, makna kasih sayang itu sangat universal sekali. Dan momen hari kasih sayang ini, saya dan beberapa blogger dari Travel Blogger Indonesia, menggelar ritual untuk posting blog secara bersamaan.
Tema yang menjadi dasar penulisan cerita blog kali ini adalah tentang Travelmate atau teman perjalanan. Nah berbicara tentang teman perjalanan, banyak sekali teman terhebat yang seruuntuk di jadikan travelmate dalam sebuah perjalanan. Namun kali ini saya akan bercerita tentang kisah perjalanan saya dan mbok Jasmi beberapa saat lalu. Berlibur ke tanah Sulawesi, Bali dan Jogjakarta, adalah waktu yang sangat berharga buat saya. Dari kisha perjalanan ini, saya bisa membuat simbok tersenyum lebar, melupakan sejenak kenangan pahit yang harus kami lalui pada masalalu.

Lahir di keluarga yang serba kekurangan memang bukan sebuah pilihan yang bisa saya pilih. Tapi bukankah Tuhan memeluk mimpi setiap hambanya, dan menghadiahi sebuah nikmat keberhasilan ketika hambanya itu benar-benar ingin meraihnya.
Welcome to Bali ya Mbok
Pada sebuah petang, terlihat keriuhan di salah satu sudut pulau Dewata. Bangunan pura diatas tebing itu juga seolah menjadi saksi dari kisah-kisah yang sudah pernah terjadi di Uluwatu itu. Ya, sore itu saya mengajak simbok, menyaksikan pertunjukan tari kecak di pura Uluwatu.


Tugas saya sore itu adalah sebagai translator dan pencerita buat simbok, karena bahasa penyampaian intro di sampaikan dalam bahasa Inggris. Cerita tentang tokoh-tokoh pewayangan yang ada di pentas tari kecak di Uluwatu ini. Sejatinya tokoh-tokoh yang ada di cerita pewayangan ini sudah sangat di kenal oleh mbok Djasmi. Dulu beliau sering mengajak saya dan kakak nonton banyak kesenian tradisional. Wayang kulit, wayang orang, ketoprak. Bahkan ketika ada rombongan ketoprak terkenal mentas di Pati, simbok bela-belain beli tiket tribun paling belakang yang paling murah. Hari ini beliau terlihat bahagia sekali mendengar cerita saya dan tingkah polah Hanoman yang lucu. Petang menghilang berganti malam. Dan pertunjukan pun usai..

Ketika saya sedang memotret simbok di depan sebuah pura, ada wanita seumuran simbok juga ikut motoin simbok. Simbok hanya senyum saja. Si nenek bule itu mengajak ngobrol simbok dengan bahasa Inggris. Mbok ku hanya senyum2 saja. Saya coba batuin menjelaskan ke nenek bule tadi kalau mbok saya gak bisa bahasa Inggris. Malah jadi ngobrol panjang lebar.


Saya cerita kalau lagi ngajak jalan-jalan simbok saya. Tapi kok si nenek itu malah mau nangis ya, akhirnya saya menyudahi cerita tadi dan sepertinya nenek tadi mau bercerita. Benar beliau menumpahkam ceritanya kalau anaknya seumuran saya meninggal kerja di Pelayaran. Tiba-tiba saya di peluk dan beliau menangis. Kening saya di cium seperti beliau mencium anaknya. Simbok bingung dengan fragmen kecil yang terjadi di depan beliau tanpa tahu cerita apa yang sedang terjadi. Si nenek bule yang saya tahu akhirnya bernama Maria, memeluk Simbok saya dengan senyum bahagia.
Ibu yang melahirkan saya memang sudah lama di panggil Tuhan ketika saya masih kelas satu sekolah dasar di pedalaman Jambi. Meninggal akibat kecelakaan di tabrak supir truck balak di pedalaman Jambi. Tapi sore saya sangat bahagia, berada diantara dua ibu yang sama-sama berhati mulia. Sepenggal kisah yang tidak akan mungkim saya lupakan, sampai kapanpun.
Sedikit cerita tentang Rencana simbok mau jalan-jalan ke Bali. Dulu beliau itu sudah mendaftar ikut tour di desa kami, sudah bayar 400ribu. Rencana perjalanan itu Ziarah Wali Songo terus lanjut ke Bali. Tapi ternyata beliau harus ke Jakarta karena anak kakak saya di khitan. Dan uang yang sudah di bayarkan harus hangus. Saat beliau cerita, terbersit niat untuk mengaknya jalan-jalan.
Tapi ya gitu, selalu ada alasan untuk menolaknya.
“Uangnya gak mendingan buat beli beras aja le”.
Mesti selalu gitu. Ini saja jalan-jalan ke Bali saya harus bohong, Pulang dari berkunjung ke rumah saudara di Makassar langsung saya culik ke Bali. Saya matur ke Baliau kalau pesawat yang akan kita tumpangi bakal landing Surabaya terus lanjut ke Pati naik bis. Padahal saya mengajaknya landing di Denpasar.



Baru setelah sampai kamar hotel saya bilang kalau kita sedang di Bali. Pertama beliau agak ragu dan sedikit kecewa, tapi akhirnya tersenyum dan ambil air wudhu terus sholat. Saya tidak tahu beliau sholat apa, tapi yang pasti doanya lama sekali. Saya yang pura-puta tidur beberapa kali mendengar nama saya di sebut dalam lirihnya doa yang keluar dari mulut simbok.
“Pantes mau kok pengumumane ke Denpasar”
Simbok memang bukan wanita terpelajar yang bisa membedakan dimana letak kota Surabaya dan Denpasar.
Tapi dalam kesederhanaan simbok mengajarkan makna keikhlasan. Dan dalam keterbatasan beliau mengajarkan kepada saya untuk ikhlas berbagi sebagai wujud syukur kita kepada gusti Allah. Dari sosok inilah saya belajar makna ikhlas dan arti syukur yang sesungguhnya.



Cerita demi cerita tertoreh dalah kisah perjalanan saya dan simbok di pulau Dewata. Meski pertama agak susah merayu beliau untuk menikmati liburannya, akhirnya beliau menyerah dan ikut menikmati agenda khusus yang saya hadiahkan kepada beliau. Terbiasa mengumpulkan recehan demi recehan di sebuah pasar tradisional dengan berjualan sayur mayur, membuat simbok selalu tidak rela kalau saya harus membayar lebih sejumlah rupiah untuk makanan atau membeli sesuatu. Bahkan terkadang saya harus berbohong dengan harga asli dari barang atau makanan yang kami beli.
Tindak menyang Jogja

Setelah Makassar dan Bali, Perjalanan saya dan Simbok berlanju ke kota Jogjakarta. Simbok saya itu belum pernah ke kota Jogja. Padahal letak Jogja dan Pati itu tidak terlalu jauh. Bisa melihat Keraton, Candi-candi secara lagsung semoga bisa membuat beliau senang.
Dan kembali saya harus membohonginya.
“Ingih mbok, nanti sampai Jogja langsung numpak bis ke Pati”, jawabku ketika beliau bertanya tentang rencana pulang ke Pati dari Jogjakarta.
Padahal saya sudah menyewa mobil untuk langsung ngajak beliau Mlaku-mlaku ke Borobudur, Prambanan dan Keraton untuk hari ini. Mungkin akan beberapa hari muter-muter Jogja.
“Lho jare neng terminal numpak bis muleh Pati, kok malah neng hotel meneh?”
Mbok Djasmi berseloroh sambil menjewer kuping saya. Taksi yang saya tumpangi berhenti di sebuah hotel Gallery Prawirotaman.
“Wes tho mbok, kita jalan-jalan dulu neng Jogja”

Dengan muka sedikit kecewa, tangan beliau saya gandeng masuk menuju lobby hotel. Nah Simbok mulai tersenyum kembali ketika satu persatu cucunya keluar dari arah belakang. Sedikit kaget bercampur bahagia saya lihat di raut mukanya. Airmatanya juga saya lihat sedikit meleleh tapi beliau menyembunyikannya dari siapapun. Satu ilmu yang saya pelajari dari beliau adalah Tegar. Serumit apapun masalah yang membelit, beliau selalu yakin akan kebesaran Tuhan.

Ya, kami dadakan merencanakan semua ini untuk simbok. Anak, menantu, cucu bahkan buyut dan besan beliau juga ikut berkumpul hari itu di Jogja. Keluarga kecil kami terpisah di beberapa tempat, seperti Makassar, Jakarta dan Pati semua berkumpul hari ini.
Dikamar saya mendapati simbok sedang sujud dengan mukena usangnya. Mukena yang dulu sewaktu saya kecil dipakainya untuk belajar sholat.
“Simbok ajari moco sholat yo le”
Permintaan simbok ketika saya masih duduk di bangku kelas 4 SD. Saya membelikannya buku tuntutan sholat dari hasil mocok ngangsu ( buruh ngambil air). Tapi ternyata tulisan di buku itu kecil-kecil. Akhirnya saya menuliskannya dalam tulisan tangan yang besar-besar huruf latinnya.
Setiap subuh saya mendengar beliau sholat dengan sedikit mengeraskan bacaan-bacaanya. Suatu ketika saya penasaran, mengintip dari lobang pintu gedhek rumah kami. Ya, dinding anyaman bambu di rumah memudahkan saya untuk melakukan hal ini.
Ternyata simbok menaruh 2 lembar kertas tadi di tempat beliau sujud. Dan kenapa beliau membacanya agak keras, karena beliau sambil mengeja bacaan-bacaan itu.
Pagi menjelang, dan rutinitas beliau berjuakan sayur mayur di emperan kios pada sebuah pasar tradisional di Rogowangsan Pati. Tapi dari penghasilan beliau berjualan yang tak seberapa itulah kami semua ada di sini. Dan sekali lagi saya lihat muka simbok hari ini begitu bahagia.
Kembali saya harus berbohong kepada simbok, ketika saya meminta beliau memilih baju batik yang di sukai. Karena simbok saya itu tidak bisa membaca dan menulis, jadi beliau percaya kalau saya menyebutkan harga dari baju yang beliau sukai.
“iki regane piro le?” Tanya simbok
“Tiga puluh ribu mbok”
saya berbohong untuk harga sebuah baju kurung batik tulis yang beliau pilih. Untungnya saya bisa membayar baju-baju yang di pilih simbok dengan kartu debit yang saya punya. Jadi simbok tak perlu melihat berapa harga aslinya.



Pertama susah banget untuk merayu simbok milih batik yang beliau suka. Banyak sekali pertimbangan beliau untuk membeli baju baru. Penghasilan berjualan di pasar yang tak seberapa, membuat simbok bener-bener menghargai jumlah rupiah yang akan di keluarkan. Akhirnya saya harus berbohong dan menyembunyikan harga asli dari barang-barang yang beliau Suka.
“Iki nggo pengajian iso le”
Dan baju-baju yang beliau pilih akan dipakainya untuk pengajian grup pedagang pasar yang diikuti simbok. Jalan-jalan malam di Malioboro saya akhiri dengan mengajak beliau muter-muter pakai Andong.
Keteladanan itu memang tidak bisa kita ambil dari para tokoh hebat saja. Terkadang orang yang ada paling dekat adalah sosok peneladan yang sempurna.
Akhir sebuah cerita perjalanan bareng Simbok
Petang menjelang di iringi senja dan hujan yang sepertinya enggan berhenti barang sejenakpun. Akhir sebuah fragmen cerita harus berakhir petang ini. Sebuah cerita perjalanan seorang Janda penjual sayuran, yang rumahnya selalu direndam banjir setiap tahunnya.
Bandar Udara Adi Sutjipto di Yogyakarta terlihat begitu riuh. Muka-muka bahagia dan sedih terlihat begitu nyata di hadapan saya. Bahagia karena sudah menyelesaikan sebuah kisah. Kisah klasik yang akan kami kenang dengan indah di kemudian harinya. Serta sedih karena kisah ini harus berakhir dan kami harus kembali berpisah.

Saya melihat muka Simbok begitu bahagia. Menghabiskan akhir pekan bersama anak, menantu dan cucu-cucunya. Sebuah senyum yang jarang kami dapati ketika saya dan kakak-kakak saya masih kecil dulu. Bahkan terkadang saya malah mendapati senyum getir beliau ketika pulang dari pasar menggendong banyak sekali sayuran yang tidak laku dijual.
“Pasare sepi le, sesuk sarapan sego wadang wae yo yen meh mangkat sekolah”
Kami sudah terbiasa sarapan dengan menu itu. Sego wadang berteman sambel korek dan krupuk. Sego wadang adalah nasi sisa kemarin yang hampir basi, sedang sambel korek adalah cabe di ulek dengan garam saja.
Kami anak-anak simbok selalu memutar otak supaya bisa meringankan beban beliau membiayai sekolah kami. Membantu tetangga berjualan buah di terminal Sleko Pati, buruh ngambil air untuk mengisi bak-bak dapur tetangga, bahkan buruh beset tebu seharian yang membuat badan kami gatal-gatal setelah itu. Beset tebu adalah membersihkan tebu-tebu dari daun kering yang masih menempel di batangnya. Dan hasil sekeping dua keping rupiah itu, saya dan kakak-kakak saya sudah bisa membiayai sekolah kami sendiri sejak sekolah dasar.
Simbok memeluk satu persatu anak, menantu dan cucu-cucunya. Beberapa dari kami harus melanjutkan perjalanan ke Makassar, Jakarta dan kembali ke kampung halaman di desa Banjarsari, Gabus-Pati
sana. Kami semua harus berpisah. Kakak-kakak saya harus kembali melanjutkan rutinitas sebagai abdi negara. Simbok juga pasti sudah kangen dengan lapak dagang sayurnya di pasar Rogowangsan Pati. Ponakan-ponakan saya pun harus kembali ke bangku sekolah demi meraih cita-citanya. Terakhir mbok Djasmi memeluk saya dengan erat sambil mencium kening saya dan berpesan,
“Kowe nek kerjo ati-ati, ojo lali sholat. Duwite iku di simpen seng setiti yo le”
Saya melihat ada air yang menggenang di matanya, tapi beliau lagi-lagi selalu ingin terlihat tegar di hadapan orang lain.
Saya hanya menjawab pesannya dalam hati saja.
“Iyo mbok, matur nuwun dongane. Mugi-mugi murah rejeki ya mbok, dan semoga tahun ini kita bisa ke tanah suci Mekkah bareng-bareng”.


Semua harus berpisah. Fragmen cerita hidup kembali saya torehkan di sebuah lembar-lembar buku berjudul pelajaran hidup. Sudah saatnya saya harus kembali ke jalanan. Bertemu dengan teman-teman perjalanan lain. Menorehkan kisah bersama teman-teman seperjalanam lainnya. Menyusur setiap sudut nusantara hingga muncul kembali rindu untuk pulang. Pulang ke rumah simbok. Pulang karena rindu aroma dapur kayunya ketika sedang masak menu kesukaan saya, rindu kasur lusuh tipis yang entah sudah berapa puluh tahun saya tiduri.
Bukankah sejauh apapun perjalanan, rumah adalah tempat terindah untuk pulang.


Getir, luka dan bahagia adalah bagian dari hidup, tugas kitalah yang memberikan bumbu segar pada bagian-bagian tak sedap yang harus di lalui. Bukankah hidup adalah kejutan yang tak akan pernah berakhir, ia adalah rangkaian episode perjalanan dengan lakon berbeda di tiap babaknya. Dan lakon perjalanan kali ini adalah simbok saya, mbok Jasmi. Wanita tegar yang punya cita-cita luhur agar anaknya tidak buta huruf seperti beliau. Dan beliau berhasil, setidaknya saya menamatkan sarjana saya, bahkan kakak menghadiahkan ijazah S2-nya untuk setiap tetes keringat beliau yang dulu tercurah untuk kami.
– selesai –
Kisah lain tentang mbok Jasmi ada di link ini.
Cerita lain tentang teman perjalanan dari para sahabat klik di link di bawah ini.
1. Shabrina
2. Astin Soekanto
3. Parahita Satiti
4. Dea Sihotang
5. Titiw Akmar
6. Mas Edy Masrur
7. Olive Bendon
8. Leo Anthony
9. Indri Juwono
10. Rembulan
11. Karnadi Lim
terharu bacanya…
Terimakasih sudah mampir kak
Makasih dah mampir kak
Mbrebesmili mbacane Mas Tikno. Semoga terkabul rencana ke Mekkah bareng si Mbok. Aamiin YRA
Amin…Matur nuwun mbak doanya.
Semoga tahun ini bisa ke tanah suci bareng simbok ya, mas Bolang.
Amin, Nuhun mbak Ira. Palembang aman kan? ?
Mas Bolaaanggg, coba itu kamu bohongin Simbok berapa kali? 😀
Semoga bisa segera ke Mekkah bareng Simbok yaaaa..
Ha ha banyak kali lah dosaku mbohongin simbok 🙂 amin, nuhun doanya yesss
Titip salam hormat buat Mbok Djasmi, Kak Bolang :’)
Kak Titi salam di sampaiken yess
Ya ampun mas.. terharu bacanya Mas. Sangat menginspirasi mas ceritanya 🙂 Meleleh pokoknya
Waduh kok meleleh 🙂 makasih dah mampir ya
Terharu baca kisah kak bol :’)
Semoga kak bol slalu dilimpahi kesehatan dan rezeki biar tetep bisa bahagiain Mbok ya
Salam hormat buat Mbok 🙂
Makasih doanya yesss
Seru yo mas
Pastinyaaaa 🙂
[…] Tekno Bolang – Mbok Jas, Teman Perjalanan Terbaik […]
[…] Tekno […]
[…] Travelmate Terbaik. 12. Puspa Siagian – Travelmate : GIGA. 13. Tekno Bolang – Mbok Jas Teman Perjalanan Terbaik. 14. Dea Sihotang – Hindari 7+1 Hal Ini saat Sedang Ingin Cari Teman Jalan. 15. Gio Taufan […]
terharu bacanya.. semoga simbok sehat-sehat selalu dan bisa terus ke tanah suci ya, maasss….
Matur nuwun kak Indro..semoga rejekinya nglumpuk
[…] Sutikno Tekno Bolang Mbok Jas, Teman Perjalanan Terbaik […]
Semoga terkabul segera ka Bolang 🙂
Matur nuwun kak rico..
[…] Tekno Bolang – Mbok Jas, Teman Perjalanan Terbaik […]
luar biasa om bol
*mbrebes mili
Uhukkk tengkyu masnya
aku abis dari blog kak Bulan ngikik2, trus nyambung ke blog ini trenyuh-nggregel. aku orangnya jarang/susah nangis, bahkan pas bapak meninggal. tapi baca ini… ah sudahlah.. *melipir cari tisu*
Yok ngopi2 lagi kakkkkkk *sodorin serbet
om bolang, kamu tega bohong melulu, aku juga sering dibohongi… *eh*
pokoknya doaku turut menyertai semoga simbok dan dirimu bisa ke Mekkah bersama-sama, amiiiin…
hiks, aku terharu.
He he kamu di bohongin sapa? Tama? Iya emang dia gituuu. Tengkyu doanya yess
[…] Tekno Bolang – Mbok Jas, Teman Perjalanan Terbaik […]
[…] adalah Travelmate Terbaik 12. Puspa Siagian – Travelmate : GIGA 13. Tekno Bolang – Mbok Jas Teman Perjalanan Terbaik 14. Dea Sihotang – Hindari 7+1 Hal Ini saat Sedang Ingin Cari Teman Jalan 15. Gio Taufan […]
[…] dengan Followers 380K 15. Puspa Siagian – Travelmate : GIGA 16. Sutiknyo Tekno Bolang – Mbok Jas Teman Perjalanan Terbaik 17. Taufan Gio – Travelmate Drama, Apa Kamu Salah Satunya? 18. Lenny Lim – 3 Hal Tentang […]
[…] Sutiknyo Tekno Bolang – Mbok Jas Teman Perjalanan Terbaik […]
[…] Tekno Bolang – Mbok Jas, Teman Perjalanan Terbaik […]
[…] dengan Followers 380K 15. Puspa Siagian – Travelmate : GIGA 16. Sutiknyo Tekno Bolang – Mbok Jas Teman Perjalanan Terbaik 17. Taufan Gio – Travelmate Drama, Apa Kamu Salah Satunya? 18. Lenny Lim – 3 Hal […]
aku baca sambil berkaca-kaca, apappun yang kita lakukan kepada oran tua, tak cukup rasanya untuk membalas pengorbanan mereka. sungkem buat simbok.
tapi kak, ngemeng-ngemen postingan #ultimatetravelmate ku belum di backlink 😀
Weikkk blom lengkap linkback ku
Aku juga sering jalan dengan Ibuku.. dari dulu ga bisa moto, sampe bisa moto dengan bagus.. hahaha
Seneng yak liat beliau tersenyum
Boro-boro nenek bule itu yang ketemu langsung, aku yang baca aja ikut terharu, mas. Sama seperti mas Bolang, aku juga berasal dari keluarga yg sederhana di Jogja. Salah satu mimpiku untuk traveling, aku bisa ngajak keluarga kecilku (minimal ibu & kakak) buat traveling ke satu negara. Makasih sudah menginspirasi ya, mas. Mudah-mudahan bisa menyusul jejak mas Bolang ini 😀
Aku terharu .. Kamu jangan kebanyakan boong ama simbok, ntar di kutuk lho hahaha.
Peyuk buat simbok
Maapkan aku kak Cum he he, dikutuk jadi kayak anjasmara ya…he he
[…] Sutiknyo Tekno Bolang – Mbok Jas Teman Perjalanan Terbaik […]
[…] dengan Followers 380K15. Puspa Siagian – Travelmate : GIGA16. Sutiknyo Tekno Bolang – Mbok Jas Teman Perjalanan Terbaik17. Taufan Gio – Travelmate Drama, Apa Kamu Salah Satunya?18. Matius Nugroho – 3 Host, […]
[…] adalah Travelmate Terbaik 12. Puspa Siagian – Travelmate : GIGA 13. Tekno Bolang – Mbok Jas Teman Perjalanan Terbaik 14. Dea Sihotang – Hindari 7+1 Hal Ini saat Sedang Ingin Cari Teman Jalan 15. Gio Taufan […]
[…] Sutikno Tekno Bolang Mbok Jas, Teman Perjalanan Terbaik […]
[…] dengan Followers 380K15. Puspa Siagian – Travelmate : GIGA16. Sutiknyo Tekno Bolang – Mbok Jas Teman Perjalanan Terbaik17. Taufan Gio – Travelmate Drama, Apa Kamu Salah Satunya?18. Matius Nugroho – 3 Host, 3 […]
[…] Insani 17. Fahmi Anhar 18. Wisnu Yuwandono 19. Atrasina Adlina 20. Parahita Satiti 21. Tekno Bolang 22. Gio Taufan 23. Lenny Lim 24. Putri Normalita 25. Vica Octavia Mengintip Hotel […]
Sangat inspiratif, ingin sekali waktu ngajak orang tua jalan, sekalian juga sekeluarga. Maklum sudah sibuk dgn keluarganya masing2.
Iya saya juga kemarin itu dadakan, kalau di rencakan biasanya malah gagal terus 🙂
waahh inspirasi sangat mas… saya salah satu penggangum karya2mu lhoo.. blog dan vlognya menarik…
terus menginspirasi yap.. salam inspirasi dari mas olo (sesuapnasi.com)
Terimakasih mas, salam perjalanan
[…] Anhar 18. Wisnu Yuwandono 19. Atrasina Adlina 20. Parahita Satiti 21. Tekno Bolang 22. Gio Taufan 23. Lenny Lim 24. Putri Normalita 25. Vica […]
[…] Pulang adalah satu hal yang selalu saya dan mungkin semua pejalan tunggu. Sementara itu, rumah adalah tempat terbaik untuk pulang. Setelah mengeksplor Papua dalam kembara papua hampir tiga hulan lebih, dilanjut keliling beberapa negara di Eropa dalam Kembara Eropa, ternyata, saya rindu pulang. Ya, pulang ke Pati di Jawa Tengah, rumahnya Si Mbok. […]
[…] Tekno […]
[…] 25. Taufan Gio – Travelmate Drama, Apa Kamu Salah Satunya? 26. Tekno Bolang – Mbok Jas Teman Perjalanan Terbaik 27. Titiw Akmar – 10 Alasan Mengapa Suami adalah Travelmate Terbaik 28. Vika Octavia […]
[…] 11. Danan Wahyu Sumirat 12. Puspa Siagian – Travelmate : GIGA 13. Tekno Bolang – Mbok Jas Teman Perjalanan Terbaik 14. Bobby Ertanto 15. Gio Taufan – Travelmate Drama, Apa Kamu Salah Satunya? 16. Shabrina […]
[…] 11. Danan Wahyu Sumirat 12. Puspa Siagian – Travelmate : GIGA 13. Tekno Bolang – Mbok Jas Teman Perjalanan Terbaik 14. Bobby Ertanto 15. Gio Taufan – Travelmate Drama, Apa Kamu Salah Satunya? 16. Shabrina […]