Suasana lengang saya jumpai ketika pertama kali memasuki Pusat Pelatihan Gajah Riau yang terletak tidak jauh dari ibukota propinsi ini. Hanya ada beberapa gajah di sebelah kiri jalanan masuk yang sedang asik berjemur. Mereka terlihat sehat dan sedang menikmati sekali waktu berjemurnya.
Gajah Sumatera saat ini sedang mengalami penurunan populasi yang sangat drastis. Dan ini juga salah satu dampak dari deforestasi yang sangat cepat di pulau Sumatera.
Beberapa fakta yang sangat mencengangkan juga saya jumpai di Riau. Sebuah fakta bahwa jika kita tidak segera menyelamatkan gajah-gajah yang hidup tersebar di pulau Sumatera ini, di khawatirkan dalam kurun waktu sepuluh tahun mendatang kita sudah tidak bisa melihat tingkah polah lucu binatang jumbo ini.
Beberapa gajah mulai terlihat satu persatu melewati halaman Pusat Pelatihan Gajah yang ada di Minas ini. Menurut keterangan petugas Pusat Pelatihan Gajah, mereka baru saja pulang di mandikan di sungai dekat situ. Mandi di alam bebas dan di”angon” di habitatnya juga merupakan aktifitas yang sampai saat ini menjadi rutinitas dari gajah-gajah penghuni Pusat Pelatihan Gajah Minas ini.
Mereka berjalan rapi dalam barisan ditemani pawang masing-masing gajah. Para pawang inilah yang bertugas merawat gajah-gajah itu. Karena kesehariannya bersama-sama terus, tak jarang juga diantara mereka juga sudah mengenal satu sama lainnya. Dan biasanya juga terjalin sebuah kontak bathin diantara keduanya.
Hal ini saya buktikan ketika diajak patroli oleh team Flying Squad Tesso Nilo. Ketika Rahman, si gajah jantan jumbo sedang asik mengibas-ngibaskan dedaunan untuk mengusir lalat hijau yang pada bertengger di kepalanya, sang mahout mencoba mengajaknya berbicara.
“Jangan kencang-kencang ngibasnya, ada mas Bolang diatas”
Dan yang membuat saya takjub adalah, si Rahman langsung berhenti.
Satu lagi ketika jalanan sangat menurun, langkah kaki Rahman bergerak cepat sekali sehingga saya harus berpegangan erat di punggung sang mahout. Dan kembali rahman diajak bicara
“Jangan kencang-kencang jalannya, mas Bolang mau jatuh itu”
Ajaibnya Rahman langsung berjalan lebih berhati-hati.
Kisah lain yang saya dengar dan membuat saya terharu adalah ketika dua gajah yang terdiri induk dan anaknya ditemukan dalam kondisi sangat memprihatinkan di kawasan Duri beberapa tahun lalu. Saat itu sang induk sudah sangat lemah karena dehidrasi dan tidak tertolong lagi. Dan si gajah kecil yang sekarang menjadi penghuni di Pusat Pelatihan Gajah Minas terlihat menangis di samping mayat ibunya.
Di sebuah teras bangunan semi permanen yang merupakan kantor dari Pusat Pelatihan Gajah Minas diadakan sesi tanya jawab yang di moderatori oleh mbak Sulis dari WWF Indonesia. Banyak sekali pertanyaan yang dilemparkan oleh teman dari awak media cetak dan elektronik, dan juga blogger pastinya seputar tentang kegiatan di Pusat Pelatihan Gajah Minas ini. Suasana tanya jawabnya sendiri berlangsung sangat santai. Dan dari sesi ini saya banyak sekali mendapat ilmu baru tentang gajah, terutama adalah gajah Sumatera.
Gajah Sumatera adalah mahluk yang cerdas. Setidaknya lebih cerdas jika di bandingkan dengan saudara sepupunya para gajah Afrika. Selain cerdas gajah juga mahluk sosial. Oleh karena itu kita sering menjumpai gajah-gajah ini selalu hidup berkelompok, Jika dipisahkan dari rombongan sering membuat gajah-gajah itu stress.
Namun yang harus di waspadai adalah malah gajah-gajah yang terlihat sendiri. Gajah liar soliter biasanya adalah gajah Jantan senior pemimpin di kelompok yang di kudeta oleh gajah jantan juniornya. Selain mudah marah, gajah yang mengalami hal seperti ini tak jarang yang mengacak-acak jalur yang biasa di lalui oleh kawanannya.
Namun ada yang mengganjal di hati saya dari sesi tanya jawab di Pusat Pelatihan Gajah Minas adalah sebuan wacana baru yang dilontarkan oleh pihak Pusat Pelatihan Gajah Minas. Sebuah wacana yang akan memasukan agenda wisata edukasi kedalam Pusat Pelatihan Gajah Minas. Satu hal yang saya khawatirkan adalah apabila penanganannya tidak profesional yang bakalan bisa membuat kesejahteraan gajah terancam.
Mungkin yang harus kita semua pahami adalah tempat terbaik gajah adalah ya di alam liar. Nah itu jadi tugas kita bersama untuk selalu melindungi alam agar habitat flora dan fauna yang ada didalamnya juga ikut terjaga.
Untuk informasi lebih lengkap tentang kampanye #NasibGajah ini silahkan klik disini.
Dan untuk memeriahkan campaign ini, dengan di dukung oleh WWF_ID saya dan Firsta adakan membagikan dua goodie bag yang masing-masing berisi 1 t-shirt, 1 mug, 1 pin and 1 rubber cable organizer.
Ikutan yuk, mudah kok caranya:
1. Follow @WWF_ID (WWF Indonesia) and @lostpacker on twitter
2. Tinggalkan komen di bawah ini tentang Setujukah kalian Pusat Pelatihan Gajah Minas jadi Objek Wisata Edukasi? kasih alasan ya!
3. Tweet ini: Nasib Gajah Sumatera! https://lostpacker.com/pusat-pelatihan-gajah-riau/ | menangkan merchandise dari @WWF_ID #NasibGajah cc. @lostpacker
Akibat Mobil Mogok di Jalan Tanah