Ela, Inspirator Kecil dari Desa Sonraen

11Ela, Bocah Kampung Pemenang Olimpiade Sains

Pendidikan menjadi kebutuhan dasar untuk menyikapi perubahan yang terjadi di negeri ini. Setidaknya itu yang saya rasakan ketika berbincang dengan Mama Joseba, seorang guru dari Sekolah Dasar Negeri Sonraen yang letaknya jauh di salah satu sudut Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Pantai Tablolong
Tempat yang asik buat nunggu senja

Berbicara tentang Nusa Tenggara Timur memang selalu membuat saya bahagia, namun tak jarang juga saya selalu menangis. Entah kenapa sebabnya, tiba-tiba air mata ini meleleh ketika teringat celotehan bocah-bocah kecil yang selalu bilang “Bapak jangan pergi lagi, nanti yang ajak kami main sama belajar siapa?”.

KBA Astra Kupang
Lagi pada liatin apa sih?

Yah, anak-anak yang saya jumpai dalam setiap perjalanan memang menorehkan kisah tersendiri. Di sela-sela permainan kami, tak jarang bocah-bocah ini bercerita, tentang perjuangan mereka untuk sampai ke sekolah. Namun sayangnya beberapa dari mereka banyak yang kecewa, “Saya sudah jalan jauh dari rumah ke sekolah, tapi gurunya tidak ada, Bapak”.

Anak Sonraen
Bersama para penari Tenun Ikat

Pendidikan yang layak harusnya milik semua orang. Dan anak-anak di pelosok negeri inilah nanti yang akan melanjutkan tampuk pembangunan.  Namun terkadang saya juga harus melihat realita yang ada. Kondisi gedung sekolah yang tak layak, guru yang kurang atau bahkan malah fenomena Guru Gaji Buta, yang hanya makan gaji saja tapi tak pernah datang ke sekolah. Namun semangat mereka yang menggebu, membuat saya optimis akan jayanya negeri ini di masa yang akan datang.

KBA Astra Kupang
Buka jendela di hutan lindung

Jalanan tampak sepi dan berdebu. Lobang menganga hampir menutup badan jalan. Abang Yongki, sang driver andalan berusaha meliukkan mobil ke kanan dan ke kiri untuk menghindari lubang. Sebagian jalan di Kecamatan Amarasi Selatan ini sepertinya luput dari perhatian pemerintah. Bahkan ada celotehan di dalam mobil seperti ini, “Kenapa harus tunggu Presiden datang dulu, jalan baru diperbaiki?” Semoga Pak Jokowi mendengar keluhan ini.

Setelah jalanan rusak, saya disuguhi dengan suasana rindang pepohonan yang menyejukkan. Hutan lindung yang saya lewati ini benar-benar rimbun. Seperti terlewat juga dari tangan-tangan jahil yang punya hobi merusak hutan. Tak pikir panjang, saya minta Bang Yongki untuk mematikan AC dan membuka jendela. Udaranya benar-benar segar. Pasokan oksigen begitu melimpah di area ini.

Desa Sonraen
Selamat datang di Kampung Berseri Astra Sonraen

Memang, perjalanan dari Kota Kupang sebagai ibukota provinsi NTT ke Desa Sonraen ini butuh perjuangan. Waktu tempuhnya cuma sekitar 2 jam saja, tapi gak tahu kenapa kok capeknya luar biasa ya he he.

Mama Joseba Sonraen KBA Astra
Seru berbagi cerita

Sampai di SDN Sonraen, saya disambut Mama Joseba, seorang guru yang menjabat juga sebagai kepala sekolah di sekolah tersebut. Sirih pinang disodorkan kepada saya. Kata beliau, “Kalau sudah bisa makan sirih pinang, itu artinya kita saudara. Mama bahagia sekali ketemu saudara”. Buat saya yang sudah terbiasa makan ginian, gak terlalu sulit. Namun Mas Arif Rahman yang baru pertama mencobanya, butuh nyali untuk melakukannya.

Makan Siri Pinang
Makan Siri Pinang Dulu

Sebutir pinang muda sudah dipegangnya. Saya mengajarinya cara membuka dan mengunyahnya. Namun ternyata saya lupa bilang kalau air kunyahan pertama harus dibuang. Na’asnya sudah terlanjur tertelan sama Mas Arif. Maaf ya Mas, semoga tidak mabok kamunya ha ha.

Sedang duduk asik, ada dua bocah menghampiri saya. Namanya Amelia dan Randi. Mereka adalah murid SDN Sonraen, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang merupakan binaan Yayasan Pendidikan Astra – Michael D. Ruslim (YPA-MDR).

Amelia biasa dipanggil Ela oleh ibu guru dan teman-temannya. Bocah kelas 5 SD ini sekilas samalah sama bocah-bocah lainnya. Namun setelah ngobrol panjang lebar, ternyata dia adalah salah satu bocah luar biasa. Dia adalah salah satu pemenang lomba Olimpiade Sains Nasional tingkat kabupaten. Sebuah prestasi yang membanggakan dari seorang bocah yang dulunya benci dan tidak pintar urusan Matematika.

Anak Sonraen
Inspirasi dari Sonraen

“Dulu, nilai standar Matematika kami rendah Mas, di bawah angka 5. Namun sekarang kami patut bangga, ujian terakhir, nilai matematika kami sudah 6,5,” kata Mama Joseba kepada saya sambil menerawang masa lalu sekolah ini.

“Ela dan Ibu Guru Yetrin Louisa Otemusu, pernah mendapat pelatihan Matematika di Tangerang, di tempatnya Profesor Surya. Ini juga atas pertolongan dari program Kampung Berseri Astra yang masuk ke desa kami,” Mama Joseba kembali bertutur.

Ela dan Ibu Guru Yetrin berhasil jadi salah satu lulusan terbaik pelatihan Matematika dengan Metode Gasing (Gampang, Asik dan Menyenangkan) oleh tokoh pendidikan Prof. Yohanes Surya Ph.D selama 2 bulan yang dilakukan terhadap 18 murid dari sekolah dasar binaan YPA-MDR dari 6 kabupaten yakni Bogor, Lampung Selatan, Kupang, Bantul, Gunungkidul, dan Pacitan.

Taman Baca Sonraen
Taman Bacaan Masyarakat Sonraen
Anak Sonraen
Bersama para penari Tenun Ikat

Kampung Berseri Astra, salah satunya bekerja sama dengan Yayasan Pendidikan Astra – Michael D. Ruslim, memang sedang dikembangkan di 34 provinsi yang ada di Indonesia. Ada 4 pilar yang diusung oleh Astra, yakni Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, dan Kewirausahaan. Ini adalah sumbangsih Astra dalam membangun Bangsa.

Lain lagi Randi, bocah kecil ini selalu punya tampang sumringah. Cita-citanya ingin jadi tentara. Memang setiap ketemu bocah-bocah yang jauh dari ibu kota negara ini selalu mempunya cita-cita yang tak jauh dari lingkungan mereka. Biasanya berkisar antara tentara, polisi, guru, dan pastor. Tak salah memang, tapi beberapa daerah yang sudah mendapatkan pendampingan atau sering kedatangan para volunteer pendidikan, biasanya akan lebih beragam lagi. Tapi saya bahagia, tidak ada yang bercita-cita jadi Youtuber ha ha.

Anak Sonraen
Duo bocah keren dari Sonraen

Randi juga salah satu murid SDN Sonraen yang lihai Matematika. Memang dia baru duduk di bangku kelas 2 SD. Tapi Ela mengajarkan ilmu yang didapat selama pelatihan kepada adik-adik kelasnya.

“Iya memang ada pembagian tugas, Ela mengajarkan anak kelas satu dan dua, sementara satu ibu guru yang ikut pelatihan juga bertugas di kelas 3 hingga kelas 6. Jadi semua anak-anak dan guru di sini sekarang senang Matematika,” Mama Joseba bertutur sambil tetap memegang sirih pinang di pangkuan.

KBA Astra Kupang
Program Tenun dari KBA Astra Kupang
KBA Astra Kupang
Belajar Tenun di Sonraen
Posyandu Sonraen
Posyandu, salah satu program KBA Astra

Selain pendidikan, Kampung Berseri Astra di Kupang ini juga mengembangkan pemberdayaan mama-mama dengan tenun dan Kewirausahaan. Tak jauh dari lokasi SDN Sonraen juga ada sanggar tenun Son Kiko. Bantuan berupa benang diberikan Astra untuk mama-mama di sini. Tujuannya satu, agar ketika musim kering, mama-mama ini tetap ada kegiatan yang menghasilkan. Karena sudah rahasia umum, di NTT ini memang masih banyak yang mengharapkan air hujan untuk bercocok tanam. Mama Dortiah, sang sekretaris kelompok banyak bercerita tentang proses menenun kepada saya. Selain sanggar tenun, juga ada 4 posyandu yang dikembangkan dari program Kampung Berseri Astra (KBA) ini.

Selain pelatihan pengembangan ilmu anak dan guru, KBA Kupang juga membangun gedung-gedung sekolah yang sudah tak layak. Semua dipugar bertahap agar tak mengganggu kegiatan belajar mengajar. Salah satu yang sudah diresmikan adalah SD Buraen 1. Mama Kristina sang kepala sekolah juga terlihat bahagia sekali dengan gedung barunya.

SD Buraen
Bangunan SD Buraen

“Di sini ada 12 kelas, Mas Bolang, namun karena kekurangan gedung, kami terpaksa membagi kelas anak-anak jadi shift pagi dan siang, tapi puji Tuhan lah sekarang kami dah punya kelas lengkap, jadi anak-anak semua masuk pagi,” tutur Mama Kristina, Kepala Sekolah SD Buraen 1 yang mengaku berasal dari Pulau Sabu. Namun 20 tahun mengabdi di sana, beliau sudah merasa jadi bagian dari masyarakat Buraen.

Demplot Buah KBA ASTRA
Demplot Buah KBA ASTRA
Demplot Buah KBA ASTRA
Sayurannya Banyak
Demplot Buah KBA ASTRA
Tomatnya seger-seger
Demplot Buah KBA ASTRA
Cabenya dahsyat nih pedesnya
Demplot Buah KBA ASTRA
Timunnya Guede banget

Tepat di depan halaman sekolah ada kebun sayur yang subur sekali. Pak Nikodemus menyambut saya dengan senyum lebarnya.

“Mari masuk, Bapak,” tuturnya mempersilakan saya masuk ke dalam Demplot Buah dan Sayur yang juga rangkaian aktivasi kegiatan dari Kampung Berseri Astra ini.

Demplot Buah KBA ASTRA
Duo petani keren

Beliau juga salah satu guru di SD Buraen ini. Sudah mengajar 32 tahun lamanya, sejak 1985. Dan dua tahun lagi beliau harus pensiun. Usia boleh renta, tapi semangat untuk belajar berkebunnya masih membara. Dengan bantuan Pak Lilik, pendamping Astra dari Amarasi Selatan, Pak Nikodemus optimis kalau kebutuhan sayur di KBA Kupang ini akan terpenuhi sendiri. Apalagi daerah ini juga jauh dari pasar. Dan saya juga ngences lihat tomat dan timun yang subur dan besar-besar.

***

Mama Joseba, Ela, Randi, Mama Kristina, Bapak Nikonemus adalah orang-orang yang merasakan langsung manfaat dari keberadaan program Kampung Berseri Astra ini. Manfaat yang mereka dapat seiring dengan komitmen Astra untuk membangun bangsa.

Perjalanan sore itu hari itu hampir usai. Saya harus kembali lagi ke Kupang untuk melanjutkan perjalanan. Tapi kisah tentang semangat luar biasa dari Sonraen sudah kembali memacu semangat saya juga untuk ikut terus berpartisipasi membangun negeri ini dengan cara kita masing-masing.

Bang Yongki kembali menerabas jalanan rusak, mobil oleng ke kanan dan ke kiri. Saya harus pintar-pintar menjaga keseimbangan duduk di dalamnya.

Mama Joseba Sonraen KBA Astra
Ini gak lagi ngerayu lho gaes

Namun cerita tentang Ela sang gadis kecil dengan segudang prestasi begitu membekas di benak saya. Seolah kembali memanggil memori tentang kisah burung kecil Sonitu yang menunjukkan dimana letak mata air kepada seorang nenek penenun. Burung ini loncat ke atas dan ke bawah sambil mengepak-ngepakkan sayap dan ekornya untuk menarik perhatian sang nenek yang sedang khusuk menenun. Dan akhirnya sang nenek berhasil dikecoh sang burung dan mengikutinya.

Rupanya burung itu meminta perhatian sang nenek untuk menunjukkan kalau di sana ada mata air. Berhasil menemukan mata air di tempat tinggalnya yang gersang merupakan sebuah anugerah. Dan akhirnya mata air itu dinamakan Son Kiko, artinya lokasi sumber air yang sempit. Namun seiring keberadaan warga kampung yang makin banyak, sumber air ini juga sudah diperbesar. Dan kampung Son kiko akhirnya bergabung dengan 2 kampung lainnya, dan berubah menjadi Kelurahan Sonraen.

Cerita nyata dari Bapak Yunus ini seperti punya benang merah ke cerita tentang Ela. Gadis kecil yang menjadi penunjuk jalan atau pencerah di antara teman-temannya di SDN Sonraen ini.

Hidup di tempat yang jauh dari ibukota negara bukan berarti semua harus menerima dengan keterbatasan. Satu-satunya cara adalah dengan melawan keterbatasan itu. Dan Ela sudah membuktikannya kepada saya dan negara ini. Satu hal yang saya yakini, bahwa pendidikan adalah salah satu cara untuk memutus tali kemiskinan yang ada di dalam keluarga. Setidaknya saya sudah membuktikan itu. Terima kasih Ela atas inspirasinya.

Tepat sebelum senja, saya sampai di Kupang. Menikmati Senja di Kupang memang luar biasa sekali. Damai yang mendamaikan.

Senja di Tablolong
Manikmat Senja di Tablolong
Senja di Tablolong
Senja selalu keren di Kupang
Senja di Kupang
Pelabuhan Tenau di waktu Senja
Senja di Kupang
Senja dari Tebing Cafe
Senja di Kupang
Pelabuhan Tenau di waktu Senja

 

Penganut Pesan Kakek "Jadilah pejalan dan belajarlah dari perjalanan itu". Suka Jalan-jalan, Makan-makan, Poto-poto dan Buat Video. Cek cerita perjalanan saya di Instagram dan Youtube @lostpacker

Related Posts

Leave a Reply