Matahari baru saja menyingsing, pertanda pagi baru saja dimulai. Namun suara gemuruh sudah terdengar di indera pendengaran saya. Sebuah tatanan apik dari note-note lagu yang membuat sebuah harmonisasi.
Ternyata suara itu berasal dari grup drumband Madrasah Ibtidaiyah yang sedang unjuk pesonanya dihadapan para orang tua murid dan guru-guru. Saya melihat senyum-senyum bangga di muka para orang tua yang dengan seksama memperhatikan gerak-gerik anaknya dalam barisan grup drumband. Terlebih orang tua murid yang anaknya terpilih jadi mayoret atau pemimpin grup dalam perhelatan itu.
Beberapa lagu selesai di mainkan. Dari corong pengeras suara saya dapat penjelasan ternyata sedang ada pelombaan mewarnai tingkat Taman Kanak-Kanak. Pesertanya tidak hanya dari DI dan MI Roudlotul Huda saja, namun ada juga peserta yang berasal dari TK sekitar sekolahan. Tujuan dari perlombaan ini adalah sebagai wahana berkreasi dari bocah-bocah mungil yang selalu penuh keceriaan itu.
“Kita mau bocah-bocah ini berkreasi dan merangsang minat kreatifnya agar nanti bisa berkreasi menjadi kebanggan orang tua bahkan daerahnya, kami perusahaan senantiasa membantu apa yang mereka butuhkan”
Ungkap Teuku Mufizar Mahmud, Corporate Comunications Manager PT BSI.
Tidak hanya peserta drumband yang unjuk gigi, penari Gandrung yang juga merupakan tarian adat dari Banyuwangi juga di pentaskan. Empat penari jelita mulai menggerakan tubuhnya gemulai sesuai irama musik yang di setel dari pemutar musik MP3 di luar ruangan. Penonton terlihat antusias hingga banyak yang berdiri di depan panggung kecil di dalam kelas, tak terkecuali saya he he.
Banyuwangi menyimpan banyak sekali pesonanya. Beberapa yang menjadi andalannya adalah, Kawah Ijen, Teluk Hijau, Pantai Pulau Merah, Pantai Mustika dan beberapa lagi lainnya. Dan sepanjang tahun, Banyuwangi juga punya festival-festival yang sangat menarik. Ada Jazz Pantai, ada Jazz Ijen, dan ada juga gandrung 1000, dan juga masih banyak lagi lainnya.
Kawah Ijen sudah tiga kali saya sambangi, namun rasanya tidak pernah bosan untuk selalu main kesana. Yang masih menjadi wishlist destination yang ingin sekali saya datangi adalah pantai pulau merah. Sebuah destinasi yang sedang ramai di kunjungi wisatawan. Konon kabarnya, senja di pantai ini sungguh dahsyat. Dan akhirnya saya bias melihat langsung senja di Pantai Pulau Merah yang terkenal itu. Namun sayang saya datang di musim yang tidak tepat. Hanya sepenggal senja yang sederhana saya dapatkan di pantai pulau merah ini. Namun suasana tenang, membuat saya betah berlama-lama menikmati senja di lokasi ini.
Beberapa tempat bersantai lengkap dengan payungnya juga di sewakan oleh masyarakat sekitar. Homestay, warung, tempat jualan souvenir juga mulai bermunculan di sekitar lokasi wisata. Ekonomi masyarakat juga sedikit banyak pasti terbantu dengan mulai terkenalnya tempat ini. Hal ini juga yang mendorong Environment Dept PT.BSI ikut andil ambil bagian dalam membantu menjaga pantai ini dari terjangan abrasi. Setidaknya ada beberapa bagian pantai yang sekarang sedang di tangani oleh mereka.
Banyuwangi kini juga terkenal dengan kota penghasil buah naga. Sepanjang perjalanan dari kota Banyuwangi ke pantai pulau merah, saya banyak melihat kebun-kebun warga yaang menanam buah naga. Namun yang membuat saya penasaran adalah kenapa disamping pohon buah naga itu ada lampunya ya?. Rasa penasaran itulah yang membawa saya akhirnya bertemu dengan pak Sugeng di kebun naganya.
“Itu gunanya untuk merangsang tumbuhnya bunga mas, jadi buah naganya bisa di panen sepanjang tahun dengan hasil yang maksimal”
Penjelasan dari pak Sugeng membuat saya kagum. Penemuan sederahana yang bisa di aplikasikan untuk hasil yang maksimal. Dari obrolan dengan pak Sugeng ini saya juga mendapat sebuah penjelasan bahwa beliau saat ini sedang ikut program Sekolah Lapang. Sekolah ini di ikuti oleh para petani yang ada di sekitar kecamatan Pesanggaran. Mereka sedang mempelajari teknik menanam padi organik. SRI nama tehnik yang sedang di pelajari itu. Sekilas memang sama dengan istilah dewi sri, dongeng yang sering saya dengar jaman SD dulu. Tapi ternyata SRI itu adalah singkatan dari System Rice of intensification.
Program ini bertujuan untuk mendorong tumbuhnya inovasi di bidang teknologi tepat guna khusunya dalam berbudidaya tanaman padi, meningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan produktifitas komodi beras, mampu menjadikan motivasi dan support bagi para petani setempat, menghindari ketergantungan terhadap ketersediaan pupuk buatan, serta menumbuhkembangkan sains dan Pemberdayaan Petani.
Intinya adalah pada proses penanaman dan pupuk yang dipakai. Mereka sudah meninggalkan pupuk kimia, sebagai gantinya mereka membuat sendiri pupuk organik dari bahan-bahan yang mereka dapatkan di sekitar rumah. Dan hasilnya sungguh luar biasa. Panen meningkat dari tahun pertama hingga tahun kedua. Saat ini sedang berlangsung musim tanam tahun ketiga. Dan sekolah Lapang terus berjalan dengan pendampingan dari para pendamping yang sangat sabar membagi ilmunya.
Penasaran dengan sawah yang sedang di garap pak Sugeng dan kelompok taninya, sayapun diajaknya menuju sawah garapannya. Sekilas tidak terlihat beda dengan sawah-sawah lain. Yang membedakan adalah proses dan hasil akhirnya. Semoga system ini bisa di tiru oleh petani-petani lain, agar produksi beras kita juga bisa meningkat. Karena seperti kita tahu lahan-lahan pertanian sudah banyak beralih fungsi, sehingga produksi beras kita juga menurun, duh serasa calon kepala Bulog ya saya kalua ngomong seperti ini ha ha, ok sip.
Lucunya adalah ternyata di Sekolah Lapang itu ada tingkatannya. Pak Sugeng dan kelompok taninya sudah menginjak jenjang SMA, sementata kelombok ibu-ibu baru menginjak taman kanak-kanak. Karena memang baru saja di bentuk sekitar satu setengah bulan yang lalu. Kalau kelompok bapak-bapak tadi bahasannya lebih serius untuk ketahanan pangan, ibu-ibunya lebih nyantai sih. Belajar tentang cara menanam sayur dan tanaman obat.
Seneng lihat tingkah polah ibu-ibu yang ceplas ceplos menimpali intrusksi dari pembimbingnya. Mereka asik mengiris-iris sosis (media tanam yang mirip sosis) untuk dipakai menanam bibit sayuran yang mereka punya. Hal yang bermanfaat jika di bandingkan mereka menghabiskan waktu nonton sinetron india yang sekarang jam tayangnya sudah mirip jam buka apotik, 24 jam ha ha.
Jalan-jalan gak lengkap rasanya tanpa mencicipi kulinernya. Sebagai daerah pesisir, tentu Banyuwangi punya hasil laut yang melimpah. Dan siang itu saya datang ke pantai Mustika untuk nyicipin menu-meu seafood yang banyak dijual warung makan yang ada disana. Tak perlu menunggu terlau lama, beberapa ekor ikan bakar segar sudah terhidang. Begitu juga kepiting segar yang tadi saya lihat di ember masih hidup, sudah terhidang di atas piring lengkap dengan lalapan dan sambel mentah yang membuat air liut saya menetes.
Sepiring lalapan juga di hidangkan untuk melengkapi kenikmatan siang itu. Makin nikmati karena kita langsung melihat pantai dan laut yang indah menawan hati, dan tak perlu waktu lama, para penghuni bawah laut itu sudah masuk ke perut saya dengan aman sentosa, elus-elus perut.
Tadi malam saya juga memesan hidangan laut lain yaitu Lobster di sebuah rumah makan dekat pantai. Namun ternyata Loster kini keberadaanya kian hari kian sulit di jumpai. Hal ini mungkin juga di karenakan penangkapan benur atau anakan loster yang kian hari kian marak di lakukan oleh nelayan. Dari pulau Lombok hingga Sumbawa saya melihatnya langsung bagaimana nelayan-nelayan menangkap benur yang masuh suci dan tidak berdosa itu..halahhh J
Hal ini juga ternyata menjadi kekhawariran beberapa pihak, salah satunya adalah kementrian kelautan. Untuk menanggulangi itu semua di buatlah undang-undang yang melindungi habitat laut itu agar lestari di tempatnya. Bahkan polisi tak segan-segan menangkap nelayan yang melanggar dengan tetap menangkap benur di laut.
Menjawab persoalan itu, kini tengah di kembangkan pengembang-biakan lobster air tawar. Nah baru-baru ini juga telah diadakan pelatihan cara beternak lobster air tawar. Palatihan ini menjadi salah satu program CSR olah PT Bumi Suksesindo (BSI). Tujuannya adalah supaya masyarakat sekitar daerah pabrik mendapatkan manfaat dari pelatihan tersebut. Tidak hanya pelatihan, mereka juga langsung mendapatkan bibit dan indukan lobster air tawar. Setidaknya sekitar 1800 ekor anakan lobster dan indukannya dibagikan pada mayarakat yang menjadi peserta pelatihan.
Dan nantinya pelatihan dan pendampingan seperti beternak lobster dan sekolah lapang ini terus akan di tingkatkan demi kesejahteraan masyarakat yang ada di ring satu dari lokasi PT BSI.
Sudah menjadi kewajihan bersama untuk saling membantu dan menjaga, karena Perusahaan tambang ini juga dimiliki pemerintah Banyuwangi juga ternyata.