Australia bagian barat sangat mudah mencuri hati saya lewat beragam atraksi, dan sajian kemolekan alamnya. Salah satu yang wajib didatangi ketika main ke Australia Barat, ya kota tua Fremantle ini.
Capek tak terasa ketika menyusuri kota tua yang namanya diambil dari nama seorang tentara kerajaan Inggris, Charles Howe Fremantle, ini. Bangunan-bangunan kuno yang penuh sejarah, menghampar hampir di setiap bagian sudut kota. Yang paling mencolok di kota ini, ya kehidupan pelabuhannya. Kota ini punya pelabuhan besar yang keberadaanya menjadi sejarah dari berdirinya kota ini.
Usai sarapan di hotel Esplanade yang letaknya tak jauh dari pelabuhan, saya bergegas menyusuri jalanan disamping hotel. Tak jauh kok tujuan saya kali ini. tak butuh waktu lebih dari 15 menit saya sudah sampai di Fremantle Market. Sebuah pasar yang dibangun pada tahun 1987 ini, biasanya ramai ketika akhir pekan tiba. Pas banget lah dengan hari ini, Sabtu. Pasar ini memang hanya buka di akhir pakan dan menjual kebutuhan sehari- hari warga serta suvenir untuk turis. Tapi di koridor sepanjang trotoar pasar juga banyak warung-warung keren yang gak salah juga untuk dicoba.
Sebuah kios Coffee Conection menyita perhatian saya. Pemandangan biji-biji kopi yang tersimpan dalam karung goni langsung menelisik indra perkopian saya. Blackforest, sea salt caramel mocha, crème brulee, butterscotch toffee tertulis apik di karung-karung goni. Nah ternyata, biji-biji kopi itu menyimpan aroma dari yang tertulis di karung goni tadi.
Sensasi rasanya akan muncul ketika kopi digiling dan diseduh. Pasti nikmat kali ya, merasakan kopi yang beda dari biasanya. Saya memesan salah satu rasa yang meminta sang barista memilihkannya. Dan benar, ketika nyeruputnya ada sensasi rasa dan aroma berbeda yang menguar dari atas cangkir kecil itu. Cerita punya cerita, katanya sebelum di sangrai, biji-biji kopi ini direndam semalaman dulu dengan minyak beraroma cita rasa yang diinginkan. Pantesan harum gini.
Puas menikmati kopi dan mendengar cerita dari sang Barista, saya kembali pada niatan awal. Semoga tidak tergoda lagi sebelum sampai kedalam Fremantle marketnya. Didalam pasarnya sendiri terlihat banyak sekali jajanan, sayuran, buah, dan ada juga suvenir khas Fremantle. Biasanya turis banyak belanja disini. tak terkecuali saya dong he he, kan turis juga.
Yang lucunya adalah ketika saya masuk kedalam sebuah toko kerajinan kulit. Terlihat tas dan dompet tersusun rapi dengan jahitan dan kualitas yang bagus. Setelah ngobrol-ngobrol sama yang punya toko, ternyata mereka memproduksi barang-barang itu di Bandung. Namun kulit kangurunya sengaja didatangkan dari Australia. Setelah jadi, dibawa lagi kesini untuk dijual. Bahkan ada juga yang dijual di Perth. Keren euyy Bandung.
Namun rasa penasaran saya pada sejarah kota Fremantle ini akhirnya sedikit terjawab. Bertemu dengan Ryan Zaknick, Pemandu Wisata sejarah. Dia paham betul sejarah asal mula kota ini. Saya diajak melewati barak-barak tempat para pejabat Fremantle tinggal pada abad ke-19. Dan cerita Ryan tentang sosok Moondyne Joe menarik perhatian saya.
Moondyne Joe adalah seorang penjahat Inggris yang dibuang dari negaranya dan beberapa kali lolos dan penjara Fremantle. Kisah pelariannya di ceritakan dengan gamblang oleh Ryan, lengkap dengan bumbu-bumbunya. Terdengar sangat menarik sekali. Dan Sore itu, tour bersama Ryan berakhir di bekas penjara Fremantle yang sekarang jadi destinasi wisata. Kabarnya disini kita bisa menginap. Duh Thank you so much dah bang…saya mending bobok di pantai saja ha ha.
Oh ya, selain Fremantle market, kita juga bisa berbelanja atau memanjakan perut dengan mampir ke beberapa restoran enak di Kawasan Fremantle Fishing Boat Harbour. Ketika sore menjelang, kawasan ini ramai didatangi pengunjung. Selain menikmati panorama senja yang indah, biasanya mereka juga memanjakan perutnya dengan sajian lezat yang tersaji di deretan restorannya.
Kebanyakan memang menyajikan menu seafood. Salah satu yang terkenal dan direkomendasikan banyak orang adalah kailis. Didirikan oleh George P. Kailis, imigran asal Yunani, pada tahun 1928. Dan saat ini, warisan George ini dikembangkan oleh anak cucunya Victor Kailis dan George Kailis.
Menu klasik yang konon katanya terenak se Fremantle adalah Fish and Chips. Daging ikannya lembut dan juicy, tepungnya juga gurih dan crispi. Duh rasanya makin lengkap dengan lansekap senja yang menawan di ufuk barat sana. Beragam menu dimasak dengan cara di goreng dan dibakar. Namun yang buat saya penasaran adalah pengolahan seafood ini dengan minyak zaitun dan bumbu rahasia. Semuanya pasti enak ya..
Dan ketika matahari sudah tenggelam, namun langit masih terlihat merah merona, saya melangkahkan kaki ke tujuan terakhir yang direkomendasikan teman saya. Little Creatures namanya. Sebuah restoran di Fremantle Fishing Boat Harbour yang selalu ramai didatangi para pengunjung. Terlebih ketika petang dan jam makan malam seperti ini. Memasuki restoranya saya dibuat takjub sama deretan brew kettels yang ukurannya raksasa.
Auranya beda sih dengan Kailis tadi. Disini terasa lebih muda dan enerjik. Terlihat dari beberapa pelayan restoran yang cekatan melayani para pengunjung. Mereka ramah dan ekspresif sekali. Sesekali saya kena juga canda dan godaannya. Saya di suggest pipsqueak apple cider, sama salah satu pelayan restorannya. Dan yang buat saya penasaran tapi kasihan adalah satai kanguru. Rasanya gak tega lihat daging binatang lucu itu teronggok di meja makan saya. tapi Satai kangguru juga menjadi salah satu menu wajib yang harus kalian coba kalau main ke Fremantle.
Pertama kali menikmati Satai Kangguru. Dagingnya mirip domba sih, empuk dan juicy. Pasti ini yang mengolahnya juga juara sekali. Gak terlalu banyak bumbu sepertinya. Namun aftertastenya gak ilang-ilang rasanya.
Selain satai Kangguru, disini juga menjual beragam makanan lain. Sebut saja beberapa menu timur tengah seperti hummus, falafel, dan harrisa spiced lamb pizza. Dan konon katanya bir kemasan Little Cretures ini juga tersebar di seluruh negeri ini. Jadi kalau ke Fremantle, jangan lupa mampir kesini ya.
Sudah berhari-hari rasanya saya berkeliling Perth dan Fremantle. Besok adalah hari terakhir saya sebelum kembali ke Tanah Air. Untuk menuju ke Perth, saya kemarin berangkat dari Bali. Gak lama kok Flightnya, hanya sekitar 3-4jam saja. Dan sebagai pejalan, saya harus di tuntut untuk jadi smart traveler. Biasanya saya selalu mengantongi sebuah kartu sakti kalau sedang jalan-jalan gini.
Dan pilihan saya jatuh pada kartu kredit digibank Travel. Banyak kemudahan yang saya dapatkan dari satu kartu ini saja. Diantaranya yang sering kepakai adalah claim complimentary food and beverage di bandara-bandara Indonesia, dan saya juga bisa akses 850+ airport lounge yang ada di seluruh dunia. Dan besok sebelum pulang ke tanah air bisa dong menikmati loungenya sambil leyeh-leyeh manja dulu.
Oh ya, buat yang demen blanja-blanji, kartu ini punya fitur ok karena ada diskon hingga 50% off di 150+ outlet di Singapura, ditambah lagi, kalau kita transaksi di luar negeri bisa dapetin hingga dua miles lho gaes, asik kan. Selain itu, kita juga dilindungi dengan travel protection hingga 1 milliar rupiah, jika terjdi hal-hal yang tak terduga seperti delay tak berkesudahan, kehilangan bagasi atau amit-amit terjadi kecelakaan saat kita lagi travelling. Dan yang paling penting ada aplikasi digibank by DBS yang bisa kita download di handphone. Dengan aplikasi ini kita akan dipermudah dalam segala hal, enak kannn.
Oh ya lagi ada promo keren juga nih, Free Flight ke Singapore buat yang apply saat ini di go.dbs.com/id-apply. Jadi dengan Kartu Kredit Digibank Travel, perjalanan kita akan makin mudah dan menyenangkan. #MoremilesMoresmiles