Jernih nya pantai Iboih pulau Weh

11

Tepat pukul 16:45 kapal Ekspress Bahari 3 yang saya tumpangi bersandar di pelabuhan bebas Balohan, cuaca begitu cerah langit masih biru dan deburan ombak-ombak kecil seolah menyambut kedatangan saya di pulau paling barat negara tercinta ini.

Suasana pelabuhan bebas Sabang ini kelihatan ramai sekali, beberapa buruh angkut barang mulai mencari pelanggan, seperti di pelabuhan-pelabuhan lain mereka juga berebut pelanggan, bahkan tidak jarang terlihat saling sikut satu sama lain, sementara itu saya asik berkemas dan bergegas keluar dari kapal, ada yang menepuk pundak saya dari belakang, ternyata si Dan turis dari spanyol yang ku kenal dalam kapal menuju Sabang ini.

Nyantai dulu yukkk
Nyantai dulu yukkk

Dia berkelompok dengan beberapa turis lainnya, akhirnya kami sepakat untuk sharing cost sewa mobil menuju Iboih, ah senangnya berpetualang sendiri seperti ini banyak dapat travelmate baru, Dan sudah berkeliling hampir 5 bulan dan ternyata dia hanya berdua bersama temannya dari spanyol, sementara yang lain adalah sesama backpacker yang ketemu selama perjalanan, akhirnya kami bersepakat untuk menyewa mobil, dan karena saya lokal sendiri maka saya di putuskan jadi juru tawar ha ha, dengan sedikit trik akhirnya dapatlah best price dengan supir yang friendly, sebagian diantara kami ada yang stay di Gapang, namun saya lebih tertarik dengan Iboih setelah melihat review dari beberapa teman, dan berkat suggest dari salah satu teman juga bahwa iboih lebih asik.

Hanya kami berlima yang melanjutkan ke Iboih, satu pasangan suami istri dari jerman, dan kami bertiga Dan dan teman nya. Iboih sore itu begitu ramai, mungkin karena saya datang tepat weekend jadi banyak sekali mobil maupun motor ber plat nomer Aceh terparkir disana, namun menurut sang supir biasanya mereka hanya datang dan pergi, tidak sampai menginap di kawasan pantai indah itu. Dan menawari saya untuk tinggal bareng alias sharing kamar, aku berfikir akan lebih murah jika saya harus tinggal bersama mereka, akhirnya aku ajak mereka ke penginapan yang sudah di rekomendasiin oleh sahabat saya, O’ong Bungalows, saya memilih sebuah cottage yang bisa di pakai untuk bertiga, dan kebetulan ada yang berada di bibir pantai, sebuah cottage panggung yang menawan, pemiliknya adalah kak Oma, wanita asli Aceh yang sangat friendly, saya selalu ingat beliau selalu menawari saya kopi setiap kali saya berpapasan dengan nya, sungguh wanita Aceh yang ramah.

Beningg
Beningg

Air laut yang bening seolah menggoda saya untuk segera menceburkan diri sore itu, dan yappp dengan sedikit melompat akhirnya saya mendarat di laut Iboih yang damai, tenang, terlihat matahari sudah mulai turun ke peraduannya, dan pulau Rubiah juga seolah mengundang saya untuk segera memeluknya, tunggu besok ya, memulihkan tenaga dulu. Puas bermain air saya pun segera menuju ruang bilas, sementara 2 sahabat baru saya dari Spanyol itu sibuk dengan operator diving yang ada disitu, ya mereka hendak melakukan penyelaman keesokan harinya, sayangnya saya belum punya ijin untuk menyelam, jadi cukup dengan bersnorkling ria menikmati underwater nya Iboih.

Sore yang damai itu saya habiskan dengan bermain bola di lapangan kecil yang letaknya di depan Tirta diver sebuah operator Dive besutan PADI di kawasan itu, bermain bola dengan teman-teman baru dari berbagai Negara membaur bersama masyaraakat lokal alangkah nikmatnya, terlihat Dan bersama temannya juga hendak bergabung mungkin urusan menyelam mereka sudah selesai, setelah merasa capek dan badan juga rasanya sudah mulai pegal saya pun minta ijin untuk pulang ke bungalow dan menghabiskan sore itu tiduran di hammock diteras bungalow yang memang sudah di sediakan di setiap bungalow, dan malam pun menjelang.

Suasana makan malam ini terasa berbeda, karena konsep dari bungalow ini adalah share dinner, jadi pas waktu makan malam tiba semua penghuni bungalow berkumpul makan bareng dengan lauk seadanya dan saling berkenalan satu sama lain, serta bercerita tentang petualangan masing-masing, saya dengan bahasa inggris yang seadanya mencoba memberanikan diri bercerita di depan sahabat-sahabat baru dari berbagai penjuru dunia, dan Thanks GOD mereka ngerti apa yang kuceritakan ha ha, suasana makan di tutup dengan segelas besar kopi aceh yang yahud itu.

Keesokan harinya disaat dua rekan sekamar saya itu bersiap untuk menyelam, saya pun mempersiapkan diri untuk bersnorkling di laut Iboih yang terkenal itu, masih pagi banget rasanya untuk sekedar bersnorkling, namun keinginan ini begitu kuat, dan viola akhirnya saya snorklingan sendirian, kuawali dari depan bungalow, menyisir pantai Iboih, saya di buat takjub dengan biota laut yang ada, ikan warna warni yang yahud, bahkan belut laut banyak sekali saya temui di sini, Lion fish juga sering kali berseliweran membuat saya sedikit ngeri dengan racun nya yang katanya mematikan itu, namun saya tidak menemukan karang yang aduhai, semuanya biasa saja, dan cenderung rusak, mungkin ini dampak dari Tsunami yang menerjang beberapa tahun yang lalu.

6od_3643bKurang puas dan ingin merasakan sensasi lain saya pun menyeberang ke pulau Rubiah, berenang sendirian melewati palung yang dalamnya saya tidak tahu tanpa pelampung memberikan sensasi petualangan tersendiri, sementara arus juga sudah mulai kencang, akhirnya saya sampai di pulau Rubiah, ternyata di daerah ini juga sama, hampir semua kontur karangnya berbentuk Hard coral, tapi ikan nya yang sangat menarik, dengan ukuran yang sangat besar dan warna-warna yang aduhai membuat saya terpesona he he. Puas menikmati sedikit dari underwater pulau rubiah saya pun harus kembali melawan arus melewati palung untuk kembali ke Iboih, dan sesampainya di depan penginapan di Dan menyambut dengan kata-katanya..”Hello Crazy Boy” ha ha. Setelah bersih-bersih di kamar mandi umum di lokasi bungalow tersebut saya pun bergegas mencari sewaan motor untuk berkeliling pulau Weh, sementara si Dan juga sudah bersiap dengan penyelamannya.

Iboih pagi itu terasa tenang sekali, beberapa bungalow tersebar di perbukitan pantai ini, hampir 80 persen nya berada di bibir pantai, mungkin ini daya tarik dari kawasan ini, selain terkenal murah Iboih juga menawarkan keramahtamahan dari masyarakat lokalnya, selain itu mereka juga terbuka dengan segala macam budaya yang masuk kesana, tidak heran jika melihat Bule berbikini di area ini, dan hal seperti itu tidak akan kita jumpai di kawasan propinsi Aceh lainnya, semoga Iboih tetap damai seperti sekarang ini.

Penganut Pesan Kakek "Jadilah pejalan dan belajarlah dari perjalanan itu". Suka Jalan-jalan, Makan-makan, Poto-poto dan Buat Video. Cek cerita perjalanan saya di Instagram dan Youtube @lostpacker

Related Posts