Setelah kemarin explore beberapa Taman Nasional di Australia barat, sekarang saatnya menyeberang ke pulau kecil Rottnest island yang konon katanya indah karena ada mercusuar dan binatang unyuk yang senantiasa murah senyum, Quokka.
Setelah menempuh perjalanan hampir 2 jam dari Taman Nasional Yanchep, kami tiba di sebuah minimarket yang terletak tak jauh dari dermaga feri Fremantle. Kota pelabuhan yang cantik dan kaya akan sejarah ini, terletak dibagian selatan kota Perth. Setelah membeli beberapa kudapan, kami melanjutkan menuju ke konter tiket untuk membeli tiket feri penyeberangan menuju ke Rottnest Island.
Gak terlalu lama kok waktu tempuh dengan Ferinya, hanya butuh waktu sekitar 25-30 menit saja.
Setelah sampai di Rottnest kita bisa sewa sepeda untuk berkeliling pulau. Kalau gak mau ribet, beli tiket ferinya yang include sewa sepeda. Karena perusahaan penyeberangan ini juga menyewakan sepeda untuk dipakai berkeliling. Saya memilih tiket feri yang sudah include harga sepeda. Jadi ketika turun ke pulau, langsung di kasih sepeda sama petugas yang sudah menunggu di pintu keluar feri. Jangan dibayangkan ferinya seperti feri penyeberangan merak-bakauheni Lampung ya, kapal roro nan lambat itu. Ini Ferinya kapal cepat seperti penyeberangan antara Batam ke Singapore.
Hal pertama yang saya lakukan adalah mengunjungi Rottnest Island Visitor Center yang ada di Thomson Bay Settlement. Bukan untuk tanya-tanya sih, tapi tiba-tiba kebelet he he, jadi numpang Toilet dulu.
Oh ya, di Rottnest Island Visitor Center ini kalian bisa tanya-tanya banyak hal tentang Rottnest. Kalau mau sewa sepeda atau sewa segway juga bisa di tempat ini.
Setelah buang hajat tersalurkan, lega rasanya dunia ini. Dan mari kita lanjut sepedahan keliling pulau Rottnest yang konon punya sejarah kurang mengenakkan tentang suku asli (aborogin) yang berasal dari Australia barat ini.
Oh ya, pulau ini panjangnya cuma 11 kilo meter dan lebarnya hanya sekitar 4 kilometer, jadi seharian dikelilingi naik sepeda juga dah tamat dari ujung ke ujung. Terus enaknya, disini tidak ada kendaraan bermotor, kecuali bis yang melayani tur keliling pulau. Jadi pulusinya masih dibilang aman.
Ketemu tanah lapang yang asik buat goleran, saya menyandarkan sepeda sejenak. Nah pas nyari pohon untuk menyandarkan sepeda, tiba-tiba ada dua binatang, guedenya mirip tikus got di selokan depan rumah. Namun setelah diamati kok malah mirip Kanguru ya punya kantung di perutnya. Ternyata inilah Quokka, penghuhi pulau ini. Binatang imut ini juga salah satu daya tarik wisatawan untuk datang kesini. Dikenal dengan binatang yang murah senyum, karena wajahnya senantiasan terlihat sedang tersnyum.
Ini juga yang dirasakan oleh kapten kapal asal Belanda yang bernama Willem de Vlamingh ketika menginjakkan kaki pertama kali di pulau ini. Dan dari sang kapten inilah nama rottnest ini berasal. Sang kapten memberikan nama pulau ini dengan Rotte Nest (dalam bahasa inggris Rat’s nest) ketika melihat banyak sekali hewan seperti tikus berkeliaran di pulau ini. Dari situlah nama pulau yang semula dinamai Wadjemup oleh orang-orang Aborigin suku Noongar menjadi Rottnest.
Setelah puas bermain bersama Quokka, penjelajahan pulau dengan sepeda dilanjutkan. Kali ini tujuannya adalah ke sebuah pantai pasir putih yang punya latar belakang mercusuar. Foto yang sering saya lihat di brosur-brosur pariwisata Tourism Western Australia. Tak jauh kok rute perjalanannya, cuma sekitar 15-20 menit saja.
Setelah memarkirkan sepeda, saya bergegas untuk turun kepantai. Sementara teman-teman lain agak malas sepertinya karena cuaca memang sedang puanas sekali. Tapi perjuangan untuk mendapatkan foto sesuai kartu pos itu harus diperjuangkan. Setelah berjalan sekitar 10 menit menyusuri jalan setapak dipinggir pantai, saya menemukan angle yang pas untuk memotret mencusuar dan pantai pasir putih itu.
Tak berselang lama, Felys, teman seperjalana saya menyusul dan ngasih tahu kalau kita harus bergegas kembali kedekat dermaga untuk menumpang feri pulang ke Fremantle. Sebelum sampai ke dermaga, saya singgah sejenak ke deretan warung yang menjual aneka ragam makanan dan minuman. Nah pilihan saya jatuh pada es krim, pas kan kalau panas-panas gini ngemut es krim. Eh pas duduk di bawah pohon sambil makan es krim, datanglah penghuni pulau ini, Quokka.
Oh ya, kalau main ke Rottnest, jangan sampai melanggar peraturan ya, yakni dilarang menyentuh dan memberi makan quokka. Hal ini diterapkan karena populasi hewan lucu ini kian menyusut. Jadi cukup dilihat, dipandang dan ditrawang saja yang geng..
Petang menjelang saya sampai di sebuah hotel kuno di jantung kota Fremantle. Kota pelabuhan ini dipenuhi oleh gedung-gedung tua yang bangunannya masih dipertahanakan keasliannya. Kota ini juga jadi saksi bisu dari peradaaban yang ada disana. Kota yang dulu dijadikan tujuan warga Inggris Raya yang bermigrasi ke benua Australia pada tahun 1829.
Dan kisah perjalanan hari ini di tutup dengan makan malam lezat di restoran Bread in Common yang mempunya menu-menu lezat guna memanjakan lidah pengunjungnya. Setelah kenyang, balik hotel trus tidur, karena kota ini jam 7 malam aja sepinya minta ampun. Sampai ketemu di kisah perjalanan selanjutnya..