Terletak di sepanjang garis pantai yang tenang di utara Perth, Australia barat, Spot keren ini punya kesan tersendiri buat saya. The Pinnacles letaknya ada di Taman Nasional Nambung. Taman Nasional ini gak jauh kok dari kota Perth. Cukup berkendara selama kurang lebih 3 jam dengan jalanan yang mulus kayak pahanya ceribel, kita akan sampai di pintu masuk Taman Nasional Nambung ini.
Tapi saya kemarin dari kota Perth tidak langsung menuju ke Taman Nasional ini. Singgah sejenak untuk check in dan makan siang di sebuah kota kecil yang konon katanya terkenal karena udang karang atau lobsternya. Kota Cervantes namanya. Saya dan beberapa teman yang ikut dalam trip ini dibagi kamarnya oleh TOM, teman baru kami dari Western Australia Tourism yang menemani kami selama di Perth. Dan saya dapat kamar yang luas sekali lengkap dengan bathup untuk rendeman manja. Tapi begitu melongok ke jendela dari dalam kamar, terlihat rumah-rumah warga berderet rapi tapi kok seperti kota mati yang sepi sekali. Belum sempat berfikir dan mencari tahu tentang itu, saya sudah dipanggil untuk kembali masuk ke mobil dan melanjutkan perjalanan menuju The Pinnacles yang jaraknya tak jauh dari apartemen sewaan yang kami inapi.
Tak sampai satu jam rasanya, kami sudah sampai di pintu masuk Taman Nasional ini. Terlihat rapi gerbang masuknya lengkap dengan loket penjualan karcis masuknya. Tiket masuknya dihitung per mobil. Waktu itu kami membayar sekitar 11 dollar Australia atau sekitar Rp 116.500. Coba deh bandingkan dengan harga-harga tiket masuk wisatwan mancanegara di Taman Nasional Komodo atau Kelimutu, bisa semaput kalau lihat harga tiket masuk Taman Nasional kita buat wisatawan mancanegara. Dan enaknya lagi, tiket ini berlaku di seluruh Taman Nasional yang ada di Australia Barat. Jadi kalau mau ke Taman Nasional lain seperti Yanchep National Park, tinggal tunjukin tiketnya saja, selama itu tidak lebih dari 24 jam waktunya dari pembelian tiket masuk pertama. Keren kannnn.
Mobil yang kami tumpangi mulai meliuk-liuk mengikuti jalur yang sudah dibuat oleh pihak Taman Nasional. Dibuatnya juga hanya menyusun bebatuan kecil di sepanjang jalur yang bisa dilewati oleh mobil. Kontras sih dengan di Bromo misalnya, yang meski sudah dibuatin jalur resmi tetep aja banyak yang acuh dan lewat pasir sembarangan.
Yang buat saya kagum adalah bebatuan-bebatuan ini. Tom, sahabat baru saya dari Tourism Western Australia menjelaskan bahwa pasir-pasir yang ada di the pinnacles ini dulunya dari dasar laut. Begitu juga bebatuannya. Diperkirakan sudah terbentuk sekitar 25.000 sampai 30.000 tahun yang lalu, hmmmmmm berapa keturunan ya itu kira-kira? ha ha.
Aniway, Drone sangat dilarang terbang di lokasi ini. untuk masalah ini saya lupa menanyakannya kepada TOM. Tapi lebih baik menghormati saja aturan yang ada. Kalau menurut pendapat pribadi saya sih, takut bising suara kitiran dari drone akan menggangu satwa-satwa yang ada didalam Taman Nasional ini. Dan untuk mendapatkan Bird eye, terpaksa saya menaruh kamera di galah (monopod) yang saya hubungkan dengan remote di handphone saya. Mayan lah dapat angle asik buat video. Eh tunggu yang editan videonya selesai.
Dan….. yang ditunggu-tunggu akhirnya keluar juga, sunset. Duh panorama alam seketika itu menjadi melow semelow melownya. Semburat warna kuning diantara bebatuan yang terbentang di hamparan pasir terlihat begitu indah. Melihat kondisi ini saya membayangkan ketika malam tiba, pasti banyak bintang gemintang dan milkyway yang akan mempercantik langit diatas Taman Nasional Nimbung ini. Namun kami harus pulang dan melanjutkan acara lainnya.
Belum puas rasanya sesorean menikmati indahnya The Pinnacles ini. Buat pengila trekking, ada kok jalanan setapak yang sudah disiapkan oleh pihak taman nasional. jadi tinggal siapkan perbekalan pribadi saja. Untuk urusan toilet adanya di dekat pintu gerbang masuk tadi, dan bersih banget toiletnya. So kapan kamu mau kesini?
Untuk penerbangan dari Indonesia ke Perth, Bisa dengan AirAsiaX yang take off dari Bali. Gak lama kok cuma sekitar 3-4jam penerbangan. Jauhan dari Jakarta ke Papua-lah pastinya.