Nikmatnya Kopi Kong Djie di Belitung

11

“Kita tidak bisa menyamakan kopi dengan air tebu. Sesempurna apa pun kopi yang kamu buat, kopi tetap kopi, punya sisi pahit yang tak mungkin kamu sembunyikan.”
β€”Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade

Namun pahitnya kopi itu justru yang membuat para penikmatnya seolah terbuai. Aroma harum yang menguar dari seduhan kopi inilah yang membuat saya takjub. Aroma ini seolah menyimpan banyak sekali makna yang hanya bisa di artikan oleh masing-masing pecinta kopi.

Warungnya di pojokan
Warungnya di pojokan

Warung kecil di pojokan jalan ini rasanya tak pernah sepi. Kondisinya sederhana sekali, tapi ketika saya masuk dan duduk bercengkrama dengan pengunjung lain, saya merasakan sebuah kehangatan lain yang selalu saya rasakan ketika memasuki warung-warung kopi tradisioanl semacam ini.

Warung Kong Djie namanya, berdiri sejak tahun 1945. Warung kopi ini sekarang di kelola oleh om Joni. Terletak di sudut jalan di depan sebuah gereja Regina Pacis dan tepat dipinggir jalan raya yang menghubungkan tugu batu satam dan pantai Tanjung Pendam, serta berdekatan pula dengan pasar dan pelabuhan. Karena letaknya sangat strategis warung ini tidak pernah sepi pengunjung dari mulai buka jam 05.00 dinihari hingga pukul 16.00

Semuanya membaur di warung kopi ini
Semuanya membaur di warung kopi ini
Warung yang Ramah
Warung yang Ramah

Memang kebiasaan masyarakat Belitung adalah mengawali dan mengakhiri hari dengan segelas kopi. Pagi hari ketika mereka hendak berangkat kerja biasanya di hantaran oleh semangat pagi dari segelas kopi yang di racik sempurna di warung Kong Djie. Dan setelah pulang kerja segelas kopi juga seolah dijadikan sarana untuk melepas penat yang menghimpit akibat beban pekerjaan.

Hampir tiap pagi saya menyesap kehangatan dari warung Kong Djie ini. Tiga hari bukanlan waktu yang lama untuk benak saya berfikir bahwa saya merasa betah berada lama-lama di warung ini. Menu-menu kopinya sederhana saja. Yang paling laris adalah kopi O dan kopi susu. Saya sudah mencoba keduanya, dan dua-duanya Nikmat. Ini rasanya saya menikmati secangkir kopi susu yang benar-benar kopi susu dan di racik oleh seorang pembuat kopi handal. Dan hasilnya Sempurna. Kopi hitamnya juga sangat nikmat. Campuran antara robusta dan arabica dan dimasak dengan menggunakan arang membuat kopi matang sempurna. Dan meracik dua jenis kopi yang berbeda juga butuh keahlian yang tidak bisa di bilang mudah.

Meracik
Meracik
Semun dan tegur sapa adalah menu harian warung kopi ini.
Seyum dan tegur sapa adalah menu harian warung kopi ini.

Tapi di warung Kong Djie ini saya menemukan segalanya. Kopi yang lezat, warung yang hangat dan senyum serta sapa yang membuat kita rasanya sudah mengenal satu sama lain. Walaupun penikmat kopi yang datang dari berbagai suku dan golongan, mulai dari buruh pelabuhan hingga pemegang tender proyek-proyek besar, Namun ternyata aroma kopi yang menyeruak memenuhi warung ini menjadi pemecah tembok-tembok pembatas yang di beberapa tempat memang sengaja di buat untuk memisahkan golongan-golongan itu.

Ruang meraciknya om Joni
Ruang meraciknya om Joni

β€œMau coba telor ayam kampung setengah matang?” suara om Joni membuat saya sedikit tergagap untuk menjawabnya. Di hadapan saya sudah teronggok dua gelas kosong. Satu kopi O dan satu lagi kopi susu. Mungkin om Joni berfikir saya rakus, tapi siapa coba yang tidak tergiur dengan nikmatnya segelas kopi O dan kopi susu racikan dari warung Kong Djie ini. Dan ternyata telur setengah matangnya juga sempurna sekali rasanya. Dulu saya selalu merasa jijik dan takut amis jika menikmati telur yang belum matang. Tapi di warung kong Djie ini perasaan itu hilang, karena telur yang masih agak cair ini terasa lezat sekali. disajikan dengan taburan lada serta kecap asin membuat sajian yang satu ini juga gak kalah seru untuk di coba jika kita mengunjungi Belitung.

Kopi susuuuuu
Kopi susuuuuu
Kopi hitamnya yang gagah menawan
Kopi hitamnya yang gagah menawan

Angan saya semakin melabung. Membumbung tinggi bersama kebulan asap yang keluar dari teko-teko panjang yang ada di warung ini. Membumbung ke beberapa waktu silam. Tentang awal mula perasaan ini yang di hinggapi oleh rasa bahagia hingga berakhir dengan sebuah petaka yang terjadi di pulau ini. Tapi rasa sakit itu kian lama kian terkikis, dan di Belitung ini juga saya kembali menemukan sebuah semangat baru untuk kembali membumbungkan asa kembali. Sebuah asa yang suatu saat bisa membuat saya tersenyum, seperti senyum dan sapaan hangat yang selalu saya jumpai ketika pagi tiba di warung ini.

Kong Die dan "KingKong"
Kong Die dan “KingKong”

Hidup memang ibarat seperti secangkir kopi. Ada pahit, ada manis, bahkan terkadang ada asam dan getir juga. Tapi yang tidak boleh di lupakanan adalah disana juga ada semangat. Semangat yang akan membawa kebaikan kepada kita. Semangat yang akan menguarkan ide-ide baru untuk sesuatu yang lebih baik.

Penganut Pesan Kakek "Jadilah pejalan dan belajarlah dari perjalanan itu". Suka Jalan-jalan, Makan-makan, Poto-poto dan Buat Video. Cek cerita perjalanan saya di Instagram dan Youtube @lostpacker

Related Posts

7 Responses
  1. Lulu Wulandari

    kalo liat kopi dari belitung jadi ingat Andrea Hirata dengan bukunya cinta dalam gelas…
    saya jadi tahu betapa kopi dan belitung itu tak bisa dilepaskan….

  2. Bro Dienz

    Keren nih ceritanya, saya menikmati betul jalan cerita dan foto-fotonya seolah saya sudah ikut merasakan apa yang penulis rasakan. ingin juga jalan-jalan ke tempat tersebut. mudah-mudahan suatu saat nanti πŸ™‚

  3. Vika

    Aku suka quote terakhirnya : Hidup memang ibarat seperti secangkir kopi. Ada pahit, ada manis, bahkan terkadang ada asam dan getir juga. Tapi yang tidak boleh di lupakanan adalah disana juga ada semangat. Semangat yang akan membawa kebaikan kepada kita. Semangat yang akan menguarkan ide-ide baru untuk sesuatu yang lebih baik.

Leave a Reply