“Kopi dan hidden paradise…”
Mendengar kalimat itu membuat angan saya melambung, mengingat kisah-kisah yang sudah terjadi di beberapa perjalanan menyusur setiap sudut penjuru ibu pertiwi ini.
Kopi dan hidden paradise sama dengan petualangan. Setidaknya itu yang terbayang di otak saya ketika mendengar dua hal itu di dengungkan.
“Mau yang saset apa kopi kampung mas?” pertanyaan dari seorang penjaga warung di kapal ferry yang melayari jalur Merak-Bakauheni sontak membuat lamunan saya buyar.
“Kopi kampung saja, mas” saya menjawab sambil melirik seorang bapak paruh baya yang duduk di samping saya. Aroma kopi rasanya sudah menyesap kedalam indera perasanya.
“Suka kopi kampung juga ya, mas?” pertanyaan sang bapak yang akhirnya membuka jalinan pertemanan baru.
Pak Ahmad, namanya, beliau sedang mau mudik ke kampung halamannya di Liwa, Lampung Barat. Dari obrolan kami akhirnya saya menyempatkan diri mampir ke Liwa, bertamu kerumah pak Ahmad,dan secangkir kopi Liwa panas juga menyambut kedatangan saya di daerah penghasil kopi luwak terbaik itu.
Dari cerita kecil itu saya bisa menarik kesimpulan sendiri kenapa Ekspedisi Kopi menyuguhkannya kepada para pemuja genre petualangan dalam silsilah perjalanan. Jika kopi bertemu dengan hidden paradise jawabannya adalah petualangan.
Dari ujung timur Sumatra di propinsi Lampung hingga uujung barat di Aceh, pesona kopi begitu mengalir hampir di setiap sendi kehidupan masyarakatnya. Perkembangan daerah-daerah itu seolah tidak mampu dipisahkan dari dongeng manis dan pahit yang sudah tergores berdasar kisah dari sebutir biji kopi, sepahit rasa yang muncul dari kopi terbaik negeri ini.
Dari secangkir kopi juga sudah membawa saya pada sebuah petualangan seru menyisir sudut-susut penting beberapa kota yang ada di Sumatra. Sebut saja dari pulau Weh hingga pulau-pulau kecil di teluk Lampung.
Secangkir kopi hitam juga sudah mengantarkan saya pada petualangan seru menjejakkan kaki di pulau kecil yang letaknya berada di garis depan bagian selatan negri ini. Pulau Ndana namanya, pulau mungil ini berada tidak jauh dari garis batas laut antara Indonesia dan Australia. Bahkan dari secangkir kopi yang saya teguk bersama bapak nelayan yang mengantarkan saya menuju pulau Ndana menorehkan sebuah kisah tentang perjalanan seru sang nelayan menuju ke Darwin, salah satu kota besar di Autralia. Tapi sayangnya bukan sebagai petualang yang dengan bangga sudah bertualang jauh dari negeri ini, tapi sebagai pesakitan yang di tahan oleh angkatan laut Australia karena melewati garis batas antar negara.
“Lha, kapal saya kecil gini, mana tau mas kalau sudah lewat garis batas laut,” seloroh pak Udin nelayan dari desa kecil Oeseli yang ada di pulau Rote itu.
Dari secangkir kopi jualah membawa saya bisa bersua dengan beberapa hidden paradise lain yang ada di nusantara ini. Wae Rebo misalnya, Kopi terbaik Flores dihasilkan dari sini. Hampir semua warga kampung yang ada di atas awan ini menggantungkan hidupnya dari kopi, seperti halnya di Liwa, Takengon, Lahat dan beberapa daerah yang menjadi rute perjalanan dari Sumatra Coffe Paradise saya kali ini.
Dari secangkir kopi juga terlintas ide gila yang membawa saya pada sebuah petualangan seru menyusuri setiap sudut bumi Nusa Tenggara selama lebih dari tiga bulan dengan berbekal motor seken yang saya beli tahun lalu. Mulai dari Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Suma, flores, Alor, Timor hingga Rote dan Sabu, saya banyak menemukan hidden-hidden paradise baru. Dari petualangan itulah saya banyak belajar akan arti sebuah perjalanan. Dan secangkir kopi juga selalu menemani saya dalam perjalanan seorang diri tersebut.
Dari secangkir kopi juga akhirnya saya menerima tantangan dari beberapa sahabat untuk ikut serta dalam petualangan seru menyisir jalur selatan Jawa hingga ke kaki Rinjani di pulau Lombok selama dua bulan lebih. Petualangan kala itu di temani oleh Mobil renta dari Taft Diesel.
Berbagai tantangan yang kami hadapi di perjalanan belumlah seberapa di bandingkan dengan kisah tragis yang keluar dari mulut para veteran yang kami temui di sepanjang perjalanan. Kisah-kisah pilu saya dengar sendiri dari penuturan para pembela Tanah Air ini pada masa lalu. Mungkin benar, “bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan pahlawannya” itu hanya jargon yang hanya akan ketika Hari kemerdekaan akan di gelar. Ketika para Veteran ini akan hadir dalam acara tahunan yang sangat mereka tunggu itu.
Saya bukanlah penulis atau petualang hebat seperti Tintin maupun Guevara yang gagah berani. Saya hanya pejalan yang menikmati setiap perjalanan yang saya lakukan. Saya hanyalah pejalan yang selalu berharap ada ilmu yang bisa saya serap sebagai ragam pembelajara hidup yang tidak akan saya dapatkan dari bangku sekolah manapun. Saya hanyalah pejalan yang selalu rindu melihat setiap sudut negeri ini dengan mata kepala saya sendiri, dan menuliskan cerita perjalanan sederhana saya dalam lembar lusuh yang selalu ada disaku celana saya.
Bagi saya, kopi dan hidden paradise adalah dua hal yang susah di pisahkan. Kedua hal itulah yang selalu menjadi teman perjalanan dan amunisi dalam berpetualang menyisir setiap hidden paradise yang ada di negeri ini. Dari secangkir kopi, saya bisa menemukan hidden paradise lain yang ada di negeri ini. Dari kopi dan hidden paradise jualah, saya berani mengantungakan angan agar lahir sebuah petualangan baru. Petualangan untuk menyusur setiap jengkal tanah Celebes sekaligus membuktikan ketangguhan dari mobil keluaran terbaru dari Daihatsu ini. Menyesap setiap sudut keindahan dan mengagumi keaneka ragaman budaya yang ada di salah satu bagian penting Nusantara itu.
Semoga.
Sebuah Video Sederhana dari perjalanan saya menyusur bumi Nusa Tenggara.