Hilir mudik para penumpang terlihat di berbagai sudut bangunan ini. Semua terlihat sibuk dengan urusan masing-masing. Sementara itu di salah satu sudut ruang tunggu, terlihat seorang pemuda dengan paras yang rupawan terlihat sedang galau sambil sesekali memejamkan mata. Entah apa yang sedang di difikirkannya. Berkali-kali tatapannya tertuju pada layar ponsel yang sedang di gemgamnya.
Tapi pada tatapan terakhir sebelum dia beranjak bangkit dari duduknya, dia terlihat sudah pasrah akan kejadian yang menimpanya. Dengan langkah gontai dia mengamber ransel kecil yang sedari tadi menemaninya, dan segera bergegas menuju pintu keberangkatan. Tapi tiba-tiba..
“Jadi beda satu purnama di New York dan Surabaya”
Ada wanita cantik yang menegurnya keras dari arah belakang. Merasa kaget dan hafal betul suara itu dari mana, akhirnya pemuda itu menoleh. Dia mendapati sosok Cinta, wanita cantik yang sudah membuatnya galau.
Rangga sang pemuda rupawan itupun menghampirinya.
“Cinta sayang, mas Rangga bukan mau ke New York, tapi mau berangkat ke Papua naik kapal Ceremai ini”
Rangga mencoba memberi penjelasan ke cinta dengan penuh perasaan.
Cinta menunduk, merasa malu karena dia sudah salah sangka ke Rangga, kekasih hatinya yang lama menghilang. Mungkin ini gara-gara Cinta kurang minum air putih jadi sering gak fokus.
Kisah Rangga Purwanto dan Cinta Wahyuni, diatas memang bisa saja terjadi. Cinta salah mengira kalau tempat Rangga menunggunya itu ternyata adalah pelabuhan penumpang kapal laut, bukan bandar udara seperti yang dia kira. Memang sih di palabuhan penumpang Gapura Surya Nusantara ini kerennya kebangetan. Saya aja pertama masuk, mengira ini adalah Bandara.
Seluruh proses yang ada di Bandara saya lihat disini. Mulai masuk kedalam gedung, penumpang di perikasa dengan metal detektor dan barang-barang bawaan juga di scan. Selanjutnya meraka harus check in di counter check in yang berjajar disana. Setelah check in proses selanjutnya adalah penumpang masuk ruang tunggu di lantai atas. Kerennya kita gak naik tangga berat-berat kawan, sudah ada eskalator yang mengantarkannya. Nah di ruang tunggu ini juga lengkap dengan fasilitas warung kopi dan jajanan.
Setelah ada panggilan masuk ke kapal, para penumpang juga akan antri dengan tertib melalui lorong garbaratar yang menghubungkan ruang tunggu ke dalam kapal. Jadi gak perlu naik turun tangga trus di shuttle bis kayak mau naik pesawat singa gitu.
Nah supaya penumpang tidak bosan menunggu di ruang tunggu, Pelindo 3 selaku pengelola dari pelabuhan penumpang Gapura Surya Nusantara ini juga menyiapkan atraksi seru di lantai tiga. Surabaya North Quay, dihadirkan sebagai upaya untuk meramaikan dan memfasilitasi penumpang yang butuh hiburan.
Dari Surabaya North Quay ini kita bisa menikmati indahnya pelabuhan Tanjung Perak. Tempatnya sengaja di buat terbuka, supaya terlihat lebih luas dan para pengunjung bebas melihat luasnya pelabuhan. Saya datang ketika malam hari. Terlihat kapal Ceremai juga sedang bersandar. Dan dari Surabaya North Quay ini lokasi yang tepat untuk berfoto-foto. yuk ahhh!
Tak heran jika lokasi ini ramai di kunjungi pada saat akhir pekan tiba. Surabaya Nort Quay bisa di kunjungi siapa saja. Meski bukan calon penumpang, Sekedar melepas penat dengan kalesibukan kota besar, seperti Surabaya ini.
Selain membangun terminal penumpang yang super keren, Pelindo 3 juga sedang mengembangkan sebuah terminal baru yang di operasikan dengan peralatan-peralatan canggih. Truk-truck peti kemas yang jalan terseok karena keberatan muatan dan asap hitam mengepul di jalanan, tidak bisa kita jumpai disini. Semua peralatan berat di terminal Teluk Lamong ini menggunakan listrik dan gas. Jadi sangat ramah lingkungan. Dan untuk men-suplay energi listrik yang di butuhkan pelabuhan, Pelindo 3 juga akan membangun sebuah power plant baru yang ramah lingkungan juga.
Melihat terminal Teluk Lamong dari menara kontrol ini seperti sedang nonton fragmen-fragmen film robot yang canggih. Seluruh crane yang mengangkat peti kemas dan menyusunnya ternyata otomatis kerjanya. Dan operator di ruang kontrolnya adalah mbak-mbak cantik yang pinter, duh jadi pengen nemenin mbak-mbaknya.
Dengan penataan ruang pelabuhan yang keren seperti di Surabaya ini, saya optimis harapan besar “Tol Laut” yang di gembar-gemborkan selama ini bisa terwujud. Sebuah harapan baru untuk mempercepat pemerataan pembangunan di seantero negri. Dan semoga terminal penumpang kapal yang selama ini di anggap seram oleh sebagian orang, lambat laun pudar, karena sudah di tata apik seperti yang ada di Gapura Surya Nusantara ini. Satu contoh dari Surabaya ini semoga di ikuti oleh pebuhan-pelabuhan penumpang lainnya.
Kalau pelabuhan terindah buat saya adalah Pototano di Sumbawa Barat, dan sekarang Pelabuhan penumpang terkeren buat saya adalah Gapura Surya Nusantara, Surabaya.