Pulau Rinca adalah salah satu pulau yang di huni oleh sang naga purba Komodo. Pulau ini terletak di bagian barat pulau Flores dan masih masuk dalan kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat.
Secara Geografis Pulau Rinca juga merupakan salah satu pulau yang masuk dalam wilayah Taman nasional Komodo. Berjarak tempuh sekitar 2 jam dari Labuan Bajo, pulau ini salah satu pulau yang begitu ramai didatangi oleh pengunjung yang hendak melihat habitat dari kadal raksasa purba yang masih tersisa di dunia itu.
Setelah puas menikmati indahnya pulau Bidadari, kapal Putih yang saya tumpangi mulai merapat di dermaga tepat pukul 15:30. Kris—awak kapal— terlihat sibuk memberikan aba-aba kepada pak Dulah saat menyandarkan kapal ke dermaga pulau Rinca. Sementara para Ranger sudah terlihat menyambut kami di pos dermaga. Baru saja menginjakkan kaki di dermaga, saya terkejut dengan tulisan merah yang tepasang di dekat situ.
Dalam tulisan perhatian itu diterangkan bahwa para pengunjung harap berhati-hati jangan berenang di seputaran dermaga, karena beberapa hari sebelumnya muncul seekor buaya di dekat dermaga tersebut. Begitulah keterangan dari salah seorang Ranger yang sedang ada di dermaga.
Hmm.. gak asik kan lagi berenang tiba-tiba kita di sapa oleh sabahatnya Komodo ini haha.
Pak Dulah mengantarkan kami bertujuh menuju pos kedatangan. Dipos ini saya harus mengisi daftar hadir dan membayar tiket untuk ijin menggunakan kamera di area Pulau Rinca. Sementara Tiket masuk sudah masuk dalam harga paket pelayaran ini.
Perjalanan kami bertujuh ditemani oleh dua orang Ranger. Satu berjalan paling depan dan satunya lagi berada di peling belakang rombongan. Di sepanjang rute trekking ini banyak sekali sign yang menganjurkan kita tidak terpisah dari grup. Akan sangat berbahaya jika kita terpisah dari grup yang tidak ada Ranger dengan tongkat “sakti” nya terus ketemu dengan si Komodo yang lagi lapar.
Karena hari sudah sore, perjalanan kami pun disarankan untuk mengambil rute pendek saja. Kebetulan semua group memilih trek dalam hutan. Alasan ini diambil karena dengan trek hutan ini, kemungkinan untuk bertemu komodo lebih banyak dibandingkan dengan jika kita harus melewati trek savana. Trek hutan ini kita juga akan melewati sarang Komodo bertelur. Tapi pemandangan trek savanna menurutku lebih bagus. Hamparan padang-padang rumput yang dihiasi beberapa pohon lontar serasa membawa kita ke masa Jurassic Park.
Tidak butuh waktu lama, hanya sekitar satu setengah jam saya sudah kembali di titik awal perjalan tadi. Di sepanjang perjalanan saya menjumpai beberapa rusa dan jejak kerbau dan babi. Semua binatang dan keadaan Taman Nasional Komodo ini memang sengaja dibiarkan liar dan alami. Selain itu, binatang liar tersebut dilindungi, sehingga perburuan terhadap binatang liar disini juga tidak diperbolehkan.
Patung Komodo setinggi tiga meter kembali menyapa kami di dekat dermaga. Kedua patung komodo ini dibuat gerbang yang akan menyambut dan mengantarkan kepulangan kita dari pulau tempat kediaman mereka ini.
Dua orang Ranger yang tadi menemani kami berjalan menyusuri trek pulau mengantarkan kami kembali ke dermaga. Sementara di dermaga pak Dulah juga sudah terlihat siap untuk kembali melayarkan kapal nya menuju destinasi selajutnya.
“Kalau ke pulau Kalong kayaknya kita akan kemalaman mas, sementara angin sudah kencang sekali sekarang”
Kris berusaha menjelaskan kepada saya tentang kondisi laut sekarang. Angin sudah berhembus begitu kencang, kalau kapal memaksakan untuk berlayar menuju Pulau Kalong, kapal akan menghadapi ombak dahsyat di perjalanan.
Pulau Kalong adalah tempat yang seharusnya menjadi lokasi kami membuang sauh kapal dan tidur diatas perairannya. Pak Dulah akhirnya menambatkan tali di sebuah pohon bakau di Pulau Kambing, dan ternyata banyak sekali kapal-kapal lain yang sedang bermalam di sekitar pulau ini juga.
***
Ini merupakan perjalanan saya saat “Sailing Flores—Lombok” tahun 2015.