Langit tiba-tiba saja terlihat begitu gelap, padahal beberapa saat lalu masih terang benderang. Lalu lalang perahu di sungau musi masih bisa saya lihat jelas. Ribuan mata dengan seksama melihat ke arah hilangnya sang surya. Sementara itu sayup-sayup saya mendengar sholawat badar lirih terlantun. Tidak tahu kenapa tiba-tiba rasa haru begitu menyeruak. Keagungan dan kebesaran Tuhan bisa saya saksikan langsung dengan mata kepala saya sendiri pagi itu. Sebuah fenomena alam yang jarang sekali terjadi di dunia.
Setidaknya butuh waktu 350 tahun untuk menyaksikannya kembali di lokasi yang sama. Gerhana Matahari Total (GMT) telah membuat jembatan ampera jadi lautan haru seketika. Kumandang sholawat badar keluar dari para pengunjung yang memenuhi atas jembata. Sengaja, pagi itu jembatan di tutup dari aktifitas penyeberangan warga dari ulu ke ilir karena dipakai untuk hajatan warga untuk bersama-sama melihat Fenomena Alam gerhana Matahari Total.
Gerhana Matahari Total 2016 kali ini adalah yang pertama di abad 21. Setidaknya butuh waktu yang lama untuk bisa dilewati fenomena ini lagi di lokasi yang sama. Fenomena ini terjadi karena matahari tertutup oleh bulan. Pada saat bulan berada tepat satu garis antara bumi dan Matahari, maka akan menutupi sebagian atau seluruh cahaya matahari. Dan berdasarkan jatuhnya bayangan dan jarak bulan ke bumi saat peristiwa gerhana ini terjadi, bisa dibedakan menjadi empat jenis. Gerhana Matahari Total, sebagian, annular dan hybrid.
Nah fenomena Gerhana sebenarnya bukan hal asing buat saya. Ketika kecil dulu sering dapat dongen dari kakek, kalau sedang terjadi gerhana itu ada proses mataharinya dimakan oleh buto ijo (raksasa yang berbadan hijau). Nah karena raksasa ini dikisahkan sangat bengis, maka anak-anak dilarang bermain di luar rumah. Ternyata mitos itu bertujuan agar saya dan bocah-bocah lainnya tidak memandang langsung ke arah terjadinya gerhana. Karena memang berbahaya ketika proses terjadinya gerhana. Ketika sudah gerhana total sebenarnya tidak berbahaya untuk melihatnya dengan mata telanjang. Nah yang berbahaya itu ketika dari fase total ke fase bulan menjauh dari matahari. Biasa cahaya mataharinya sedikit lebih kuat, dan pada saat itu pupil kita sudah membasar. Kalau ini terjadi bisa merusak retina mata kita.
Saking antusianya ingin melihat fenomena langka itu, saya, Giri prasetyo dan Rendy, sudah berada di bawah ampera ketika jam di pergelangan tangan masih menunjukkan pukul 03:00 dini hari. Para fotografer, videografer sudah meulai ngetag-in lokasi untuk menancapkan tripodnya masing-masing. Saya, memilih untuk tidak naik keatas jembatan, karena pasti akan penuh sesak disana. Padahal diatas Ampera sedang diadakan festival kuliner yang makanannya sungguh menggugah selera. Saya memilih berada di depan pasar 16 Ilir untuk merekam fenomena alam langka ini.
Saya lihat dari bawah jembatan, Ampera terlihat penuh sesak. Semua warga Palembang dan wisatawan yang datang, tumpah ruah diatas jembatan sambil menikmati kuliner yang di sediakan gratis untuk mereka. Sedikit khawatir dengan umur jembatan yang tidak muda lagi, tapi alhamdulillah semuanya berjalan lancar.
Langit kembali perlahan terang, ketika kontak matahari dan bulan mulai menjauh. Namun sayang, kejadian ini sedikit terganggu dengan awan yang katanya bersumber dari sebuah pabrik di pinggir sungai Musi. Tapi bukankah semua alam semesta ini sudah ada yang mengatur. Kalau Tuhan berkehendak, pasti arah gerakan awan itu akan menjauh dari Matahari. Nah kenapa awan itu menutupi Gerhana, itulah rahasia Tuhan. Sungguh besar memang rahasia Tuhan untuk Umatnya.
Sebelum acara pengamatan Gerhana Matahari Total ini, sehari sebelumnya juga ada festival Ogoh-ogoh. Nah ternyata fenomena GMT ini bertepatan dengan hari raya Nyepi bagi umat Hindu, maka di gelarlah pawai Ogoh-ogoh yang melintas di depan Benteng Kuto Besak ini. Dan malam sebelumnya juga ada fertival Kuliner di pinggir sungai Musi. Setidaknya ada sekitar 50 foodtruck yang berjajar, menjajakan kuliner lezat untuk di cicipi. Sementara itu acara Glowing Night Run juga di gelar untuk memeriahkan perhelatan ini.
Acara Gerhana Matahari Total memang sudah selesai. Namun perjalanan untuk berkeliling Sumatera selatan bersama dengan sembilan belas blogger yang berasal dari Indonesia, Malaysia dan Singapore baru akan di mulai. Kemana saja dan apa saja yang kami explore di #PesonaSriwijaya kali ini? ikuti di postingan-postingan selanjutnya.