Jalanan Asia Afrika yang ada tidak jauh dari jalan Braga, Bandung ini terlihat ramai sekali. Kerumunan manusia yang di sertai dengan gegap gempita yang keluar dari pengeras suara seolah membentuk formasi lautan manusia. Tapi ada apakah di jalan Asia Afrika siang itu? Warga Bandung sedang merayakan 60 tahun dilaksanakannya konferensi Asia Afrika. Sebuah acara besar yang pada 1955 memang di gelar di kota kembang itu.
Disebuah pelataran depan hotel Panghegar Bandung, Kami rombongan blogger dan sosial media dari berbagai negara berkumpul. Bis pariwisata yang membawa kami dari Trans Studio Bandung memang di rencakanan untuk parkir disana. Bis dipastikan tidak akan bisa menembus kerumunan masa yang sudah memadati sekitaran jalan Asia Afrika. Trus naik ada dong ke Media Center yang ada di gedung Gas Negara PGN? Tenang, semua sudah di atur dengan baik dan seksama, serta dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Alhasil kami semua akan menikmati sensasi naik bajaj yang berbahan bakar gas, untuk menuju gedung media center yang berlokasi di jalan Braga tersebut.
Memasuki gedungnya, seolah kita diajak kembali pada masa-masa kejayaan gedung itu dulunya. Arsitekturnya sungguh mempesona. Tapi saya bergegas untuk segera duduk di tempat yang sudah di sediakan agar briefing bisa segera di mulai.
Pak Angke namanya. Beliau membuka dengan sambutan baik kepada kami, para Blogger dan aktivis Sosial Media yang saat itu memang sengaja datang untuk Bandung. Bandung yang sedang merayakan peringatan enam puluh tahun Konferensi Asia Afrika.
Tidak lama sambutan dan briefing yang di sampaikan oleh pak Angke. Tapi sepertinya kami sudah ketinggalan sorak sorai dari Asian African Carnival 2015. Tapi saya masih berharap akan ada karnaval lagi yang kedua. Karena berita yang saya terima juga masih simpang siur.
Jalan Braga juga mulai di penuhi oleh manusia. Untunglah kami di dampingi para relawan untuk menembus lautan manusia yang mulai memenuhi jalan Braga, Naripan hingga ke jalan Asia Afrika. Saya merasakan riuh yang luar biasa. Semua tumplek blek di jalanan untuk merayakan peringatan ini. Sebuah momen yang mengangkat nama Bandung di kancah Asia Afrika. Momen dimana Indonesia memiliki peranan penting dai kancah internasional.
Memasuki jalan Naripan juga sudah ramai di padati warga Bandung. Semua terlihat gembira. Sebuah Band yang di gawangi oleh para personel TNI juga menyedot animo warga Bandung. Walaupun hanya tampil di sebuah panggung kecil di pinggir jalan, tapi keriuahan yang timbul sunguh luar biasa. Apalagi ketika lagu Bento di kumandangkan. Semua menyanyi bersama. Seolah sudah menjadi lagu kebangsaan dikalangan pecinta bang Iwan.
Setelah lagu Bento selesai berkumandang, saya mencoba kembali meringsek lautan manusia. Tujuan saya dan beberapa teman kala itu hanya satu, bis Bandros. Sebuah wahana jalan-jalan asik yang ada di kota Bandung. Tapi bukan untuk jalan-jalan menembus jalan Asia Afrika yang penuh sesak ya, hanya untuk numpang naik ke atasnya dan menyaksikan keriuhan yang terjadi disana.
Dua bis Bandros terparkir di samping panggung utama. Dengan Kartu Pengenal sakti dari Panitia, saya berhasil menaikinya ditambah bonus senyum manis dari si eneng yang memang bertugas di bis Bandros tersebut. Dari atas bis Bandros, lautan manusia sepanjang jalan Asia Afrika terlihat lebih jelas.
Hotel Swarha dan menara-menara mesjid terlihat menjulang. Gegap gempita perayaan enam puluh tahun konferensi Asia Afrika terlihat semakin ramai. Di panggung utama juga tidak pernah sepi. Saung angklung Man Udjo yang hari kemarin kami datangi, juga terlihat tampil memukau di panggung utama. Satu hal yang membuat saya sedikit terharu adalah ketika MC di panggung utama menyebut dan memperkenalkan kami para travel blogger kepada khalayak Bandung yang ada di situ. Membahagiakan.
Eh, tapi mana karnavalnya?. Setelah menunggu beberapa lama, barulah saya mendapatkan info bahwa Asian African Carnival 2015 sudah di gelar siang tadi. Pada saat saya masih menyesali keputusan sudah naik Vertigo atas bujuk rayu yang menyesatkan dari Ariev Rahman dan Kuonila Kep, blogger yang ikut dalam fam trip yang di selenggarakan oleh Indonesia Travel ini.
Tapi jangan khawatir, saya sudah mendapatkan bocoran acara yang tidak sempat saya lihat tadi kok. Coba deh perhatikan foto-fotonya. Seru kan.
Upss, jangan khawatir. Walaupun melewatkan acara karnavalnya, kami grup cihuy tetap harus cetar membahana dong. Di atas Bandros banyak sekali foto dahsyat tercapture. Foto-foto selfie cihuy bareng Mumun, Mey, Nisha Jha, dan Gael dan Beberapa teman lainnya telah terekam di Bandung.
Sebuah kebersamaan yang hangat saya rasakan berada di tengah-tengah sahabat baru yang berasal dari berbagai negara. Mungkin ini yang dulu juga di rasakan oleh para delegasi konferensi Asia Afrika yang di gelar di kota Bandung. Kebersamaan yang melahirkan persaudaraan. Bukankah kita warga Asia Afrika ini semua bersaudara?
Mengutip sebuah kalimat dari Bung Karno yang terpatri di bawah sebuah bola dunia besar “Let a new Asia and new Africa be born”, saya bangga lahir di bumi Nusantara.