Sekarang atau tidak sama sekali, Ekspedisi Bhakti PMK 2017

11

“Sekarang atau tidak sama sekali” itulah perasaan yang saya rasakan ketika akhirnya mengambil keputusan untuk ikut bergabung dalam helatan akbar tahunan yang bertajuk “ekspedisi bhakti PMK 2017”.

Langit Jakarta seperti sedang garang, memancarkan sinar matahari yang berlebih siang itu. Sementara saya dan beberapa peserta lain tengah bergegas membuat barisan bersama dengan pasukan Kolinlamil Tanjung Priuk. Sesaat lagi akan segera dilakasanakan upacaran pembukaan, sekaligus pelepasan KRI Banjarmasin 592 dalam sebuah misi besar. Menyapa saudara sebangsa di batas negeri, juga menyalurkan bantuan dan ilmu ke beberapa tempat di timur Indonesia.

Pelepasan Ekspedisi Bhakti PMK2017

Saya menyeka keringat yang mulai mengucur deras. Belasan tahun sudah rasanya saya tidak pernah ikut upacara seremonial-seremonial seperti ini. Dan tidak tahu kenapa juga, hari ini bisa ikut dalam barisan hingga rela berpanas-panasan seperti ini.

Banyak sekali pertimbangan yang harus saya fikirkan ketika hendak memutuskan untuk ikut ekspedisi ini. Pekerjaan tentu yang menjadi pertimbangan utama. Entah berapa tawaran pekerjaan yang akhirnya sudah dan akan saya tolak nantinya. Tapi keinginan untuk melihat dengan mata kepalsa sendiri tentang keadaan negeri ini di tempat jauh serta merasakan tinggal dan berlayar dengan sebuah kapal perang, membuat saya mengesampingkam itu semua.

Masih sedikit bening sebelum tersengat matahari ekspedisi

Namun ternyata sebuah perasaan skeptis pada program-program yang digagas pemerintah masih saja datang dan meracuni alam bawah sadar saya. Hampir saja pikiran-pikiran kotor tentang itu membuat saya berfikir makin keras. Sampai pada satu titik saya harus mengambil keputusan: Sekarang atau tidak sama sekali.

Harapan besar saya titipkan pada kegiatan “ekspedisi bhakti PMK 2017” ini. Harapan agar pemerintah lebih membuka mata pada daerah-daerah yang letaknya jauh dari ibukota negara, harapan agar segera terjadi pemerataan pembanguan pada seluruh rakyat Indonesia. Bukan hanya euforia pembangunan tiba-tiba, sekedar seremonial semata ketika pejabat negara tiba.

Soe hok gie pernah bercerita, “tidak perlu menjadi merah, putih, kuning untuk menjadi nasionalis, cukup datang ke tempat jauh di negeri ini, niscaya kamu akan langsung menjadi nasionalis.

Rumah Kami selama 34 hari kedepan

Pelayaran ekspedisi bhakti pmk 2017 ini akan menyinggahi 5 tempat. Muna, Tual, Dobo, Agats dan berakhir di Merauke. Namun KRI Banjarmasin 592 ini juga akan singgah di Ambon ketika perjalanan berangkat dari Jakarta, dan Makassar ketika perjalanan pulang dari Merauke ke Jakarta. Walaupun diantara tempat-tempat itu hanya Muna yang belum pernah saya pijak, namun pengalaman 35 hari berada di kapal perang pasti akan menjadi sebuah pengalaman baru buat saya.

35 hari bukan waktu yang singkat, juga bukan waktu yang lama. Terbersit keinginan untuk mengabadikan cerita ekspedisi ini dalam tulisan dan audio visual, mengingat gak semua orang bisa merasakan pengalaman yang saya rasakan, pun gak semua orang juga punya kemauan dan waktu selama satu bulan lebih hidup dalam barak-barak tentara di sebuah kapal perang yang pasti penuh dengan keterbatasan.

Sepertinya saya sudah terlalu banyak berceloteh. Asap hitam mengepul dari cerobong mesin diatas helideck. Daratan Jakarta juga sudah tidak terlihat. Hanya lautan lepas yang saya lihat sekeliling. Terbersit harap dan doa semoga laut teduh, kami bisa menyelesaikan misi kemanusiaan dan bisa kembali lagi ke Jakarta dengan kondisi sehat walafiat.

Jadi “Sekarang atau tidak sama sekali”.

Penganut Pesan Kakek "Jadilah pejalan dan belajarlah dari perjalanan itu". Suka Jalan-jalan, Makan-makan, Poto-poto dan Buat Video. Cek cerita perjalanan saya di Instagram dan Youtube @lostpacker

Related Posts

Leave a Reply