Pancasila Rumah Kita, Rumah untuk kita semua
Nilai dasar Indonesia, Rumah kita selamanya
Untuk semua puji namanya, Untuk semua cinta sesama
Untuk semua warna menyatu, untuk semua bersambung rasa
Untuk semua saling membagi
Pada semua insan, sama dapat sama rasa
…oh Indonesiaku.
Lirik lagi lamanya bang Frangky itu terdengar begitu merdu dan syahdu malam itu. Malam dimana semua warga nusantara memperingatinya sebagai hari kelahiran dari Pancasila. Lima dasar negara yang menjadi landasan dalam berkehidupan di negara Republik Indonesia.
Tidak tau kenapa saya jadi sentimentil sekali malam itu. Mungkin hanya segelintir orang yang ingat bahwa hari itu adalah hari lahir pancasila. Tanpa hadirnya Pancasila, Indonesia beluk tentu seperti ini.
Dan malam ini, dibawah pohon sukun lima cabang, saya berdiri terpekur. Membayangkan bagaimana dulu bung Karno duduk di bawah pohon itu. Hingga akhirnya dari bawah pohon itulah Pancasila tercetus.
Semua hening ketika detik-detik penyalaan obor peringatan hari lahirnya Pancasila akan di mulai. Bupati Ende yang malam itu memimpin acara peringatan di daulat untuk menyalakan obor bersama regu Pramuka.
Setelah obor peringatan lahirnya Pancasila menyala, hening mulai mencair. Dan kondisi lapangan pancasila malam itu kembali hingar bingar. Musik mengalun mendendangkan lagu-lagu daerah dengan irama beat yang asik untuk menari. Tiba-tiba tangan saya di tarik untuk ikut membuat lingkarang besar dilapangan.
“Mama saya tidak bisa menari” elak saya pada ajakan seorang wanita setengah baya di tengah lapangan.
“Tidak apa-apa adik, Manari Gawi sangat mudah kok” jawaban sang mama yang membuat saya mulai antusias untuk ikut menari.
Dengan satu dua kali latihan gerakan, akhirnya saya bisa ikutan menari Gawi.
Tidak jauh beda dengan poco-poco atau sajojo sebenarnya. Gerakannya hanya pengulangan dari gerakan-gerakan sebelumnya.
Satu hal yang bisa saya garis bawahi dari tarian ini. Semua bergandengan tangan dan melakukan gerakan yang sama. Tidak ada perbedaan yang terlihat. Dari bupati hingga rakyat biasa bergandengan tangan membentuk satu lingkaran dan melakukan gerakan yang sama. Sama halnya dengan sila ke tiga dari pancasila yakni “persatuan indonesia”.
Malam ini saya dan teman-teman blogger serta media yang hadir bersama rombongan kementerian Pariwisata terlihat bergembira. Semua bersyukur atas nikmat rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Pancasila hadir sebagai landasan berkehidupan dan berbangsa. Pancasila Rumah Kita, Dari Ende Untuk Indonesia.