My Korea Story part 1

11

Tepat pukul 08:00 waktu korea, penerbangan saya dengan Garuda Indonesia sampai di bandara Internaional Incheon, Korea Selatan. Dan hal yang selalu membuat saya agak deg-degan kalau keluar negeri adalah proses imigrasinya. Mungkin gara-gara kebanyakan nonton tayangan dokumenter di Natgeo TV. Dalam tayangan itu bercerita tentang traveller yang bermasalah dengan barang-barang terlarang yang bukan miliknya. Tapi untunglah semua berjalan lancar, dengan jurus pasang senyum paling manis ke petuga imigrasinya.

Tapi sahabat saya Wira Nurmansyah harus rela di kandangin untuk pemeriksaan lebih lanjut gara-gara lupa mengisi kolom mau tinggal dimana selama di Korea.

Untunglah tidak terlalu lama doi ada di dalam ruang “Introgasi’ itu.
Akhirnya kami semua berkumpul di ruang kedatangan bandara kedatangan itu. Kakak Marischa Prue berlari kelantai dua bandara itu karena ingin menyewa modem untuk bisa ter-conect dengan internet selama perjalanan. Sementara Saya dan Wira berkongsi dengan menyewa modem dari tanah air yang bisa di pakai di beberapa negara.

Kokoh Ferry yang Filmaker terkenal sedang belajar pendalaman karakter. Kali ini pelajaranya di bawakan oleh kakak Cumilebay, sang blogger heits yang blognya penuh warna warni ceria manja.
Kokoh Ferry yang Filmaker terkenal sedang belajar pendalaman karakter. Kali ini pelajaranya di bawakan oleh kakak Cumilebay, sang blogger heits yang blognya penuh warna warni ceria manja.

Memang internet sangat berarti buat kami para pejalan yang sering bepergian jauh ke tempat-tempat baru. Segala hal bisa kita dapatkan informasinya di Internet. Bahkan membaca pengalaman Kadek yang salah kereta, akhirnya di selamatan oleh Internet ketika dia benar-benar lost in translation di negeri Chine sana.

Jalan menanjak menuju ke Seoul Tower. AKU RAPOPO!!
Jalan menanjak menuju ke Seoul Tower.
AKU RAPOPO!!

Jenny, pemandu kami selama maen ke Korea ini menyambut dengan senyuman hangat. Dan setelah sadar, saya baru inget kalau nama pemandi saya waktu di Jeju tahun lalu juga bernama Jenny. Apakah di Korea juga ada nama “pasaran’ seperti di Indonesia/ entahlah he he.

Jenny mempunyai nama Korea Oh Jin Yung. Pribadi yang helpful banget. Semua di pastikan berjalan dengan baik dulu baru dia bisa agak nyantai. Dua kali ke Korea saya mendapatkan kesan yang baik dari warga lokal negara ini. Saya akan cerita di postingan yang berbeda tentang pengalaman saya di bantu banyak oleh orang, yang bahkan tidak saya kenal sebelumnya di negara itu.

Setelah briefing singkat selesai, kami semua menuju bis yang sudah di sediakan oleh KTO (Korea Tourism Organization) untuk melanjutkan perjalanan ke Seoul.
Dan akhirnya seoul juga ya, setelahh trip tahun kemarin yang hanya mampir selama 3 jam di Seoul, karena hanya transit saja untuk melanjutkan penerbangan ke pulau Jeju.

Tapi setelah semuanya mulai jalan, ternyata ada satu koper yang tidak di ketahui pemiliknya. Setelah saya perhatikan semua peserta, ternyata koper itu milik Wira, sang Vlogger yang sedang asik ngevlog sambil jalan, trus lupa bawa kopernya ha ha.

Rajin sih rajin mas, tapi awas ketinggalan kopernya, di dalemnya ada barang berharga kita tuhh, Boncabe!

Sampai di bis saya sungguh bahagia sekali. Bangkunya lebih bagus dari bangku pesawat yang saya naiki dari tanah air menuju ke Korea ini. hanya tiga seater dalam satu baris. sungguh luas dan lapang, lengkap dengan pijakan kaki. Dan yang paling penting adalah fasilitas Wifi yang beneran berfungsi dengan baik. Jadi sampai bis aja kami serasa sampai ke kamar yang nyaman.

Pemandangan Kota Seoul jika di lihat dari Seoul Tower. Coba aja pas lagi autumn, pasti sangat keren dilihat dari atas sini.
Pemandangan Kota Seoul jika di lihat dari Seoul Tower. Coba aja pas lagi autumn, pasti sangat keren dilihat dari atas sini.

Letak Bandara Incheon ini agak jauh dari kota Seoul. Jika tidak di jemput oleh bis keceh itu, saya sebenarnya menyarankan untuk menggunakan jasa kereta line AREX (Airport Railroad Express). Butuh waktu sekitar 45 menit perjalanan. Alternatif lain sih tetap bisa pakai bis umum dan taksi. Tapi opsi kedua ini kita harus rela merogoh kocek yang lumayan mahal. Jadi kereta is the best lah untuk muter-muter di Korea Selatan.

Bis memasuki kota Seoul, tapi saya agak sedikit kecewa karena pepohonan belum berwarna warni seperti tahun lalu yang memang sudah memasuki musim Autumn. Seoul masih tetap ramai dengan lalu lalang kedaraannya yang tertata rapi. Peraturan lalu lintas benar-benar di patuhi oleh warganya. Masyarakatnya juga sudah terbiasa dengan berjalan kaki dan menggunakan transportasi umum seperti Subway dan bis ketike bepergian. Jadi lalu lintasnya juga tidak terlalu padat.

Area Seoul Tower ini memang sangat ramai sekali ketika weekend tiba. Banyak nenek-nenek dan kakek kakek sibuk jalan turun baik bukit yang ada di Seoul Tower.
Area Seoul Tower ini memang sangat ramai sekali ketika weekend tiba. Banyak nenek-nenek dan kakek kakek sibuk jalan turun baik bukit yang ada di Seoul Tower.

Mendung memayungi kota Seoul siang itu. Destinasi pertama yang kami tuju adalah Seoul Tower. Bangunan megah yang bisa kita lihat dari segala penjuru kota Seoul ini adalah salah satu atraksi yang bisa kita lihat di ibu kota Korea Selatan itu. Saya harus berjalan menanjak untuk sampai di pelataran bawah Seoul Tower. Ternyata sampai diatas bukit kok rasa laper makin menjadi ya, dan kedai kudapan yang ada di lokasi itu menjadi sasaran kami. Penerbangan dengan Garuda Indonesia jam 03:00 membuat kami sedikit lelah dan lapar.

Saya memesan minum dan kudapan ringan saja. Jenny dengan sigap menanyai kami satu persatu perihal makanan apa yang akan kami pesan.

Hanya Paijo dan Paijemlah yang tahu kisah cinta mereka di Seoul Tower ini.
Hanya Paijo dan Paijemlah yang tahu kisah cinta mereka di Seoul Tower ini.

Sembari menunggu pesanan makanan tiba, saya dan beberapa teman jalan ke samping kedai makanan untuk melihat Love Padlock yang banyak menempel di pagar. Sedikit mengamati, saya mengenal beberapa nama yang sepertinya berasan dari Indonesia. “Paijo love Paijem” ini sepertinya nama Indonesia. Dan foto-foto manja ala Cumilebay.com pun kami lakukan atas arahan dan bimbingan sang maestro foto manja pemilik blog warna warni ceria itu.

Anak muda korea jaman sekarang nih gaes..
Anak muda korea jaman sekarang nih gaes..

Dari atas love padlock itu saya bisa melihat di kejauhan gedung-gedung megah yang ada di kota Seoul. Terlihat begitu mempesona, namun sayang cuacanya tidak asik untuk memotret, jadi ya lebih asik menikmatinya saja.

Tak selang beberapa lama, Jenny memanggil kami karena pesanan makanan sudah siap. Tak butuh waktu lama untuk menghabiskannya. Dengan sigap dengan keakuratan yang maksimal, kami menyelesaikan nge-brunch siang itu dengan baik. Jenny mengajak kami naik keatas Seoul Tower.
Tidak butuh waktu lama kok untuk naik Seoul Tower. Hanya naik lift saja yang jumlah penumpangnya juga di atur oleh petugas. jadi harus bergantian untuk bisa naik keatas.

Nah lucunya langit-langit lift di buat animasi seolah kita sedang meluncur ke angkasa luar. Animasi tata surya yang tampilkannya keren.

Pemandangan dari Seoul Tower.
Pemandangan dari Seoul Tower.

Dari atas Seoul Tower kita bisa mengarahkan pandangan ke segala penjuru mata angin. Kota Seoul benar-benar terlihat keren jika di lihat dari atas Tower ini. Pada dinding-dinding kacanya juga tertulis jarak antara Seoul Tower dengan beberapa kota yang ada di dunia ini. Seperti jarak ke Jakarta juga tertulis dengan lengkap disana berapa jauhnya dalam satuan kilometer.

Toilet di Seoul Tower itu bersih dan Gratis gengg, jadi pengen sering-sering pipis trus poto-poto ala Instagrameble gitu he he
Toilet di Seoul Tower itu bersih dan Gratis gengg, jadi pengen sering-sering pipis trus poto-poto ala Instagrameble gitu he he

Puas menikmati Seoul Tower, kami pun turun untuk melanjutkan perjalanan lagi. Karena sudah pada lapar, kami diajak ke K-style Hub yang lokasinya ada di dekat Cheonggyecheon Stream. Tempat itu aslinya adalah kantornya KTO, namun konsepnya keren sekali. Biar perkatoran itu terlihat tidak kaku untuk turis mencari informasi, maka di sulaplah areanya menjadi tiga tema utama. Korean Food Exibition Hall, Korean Food Experience Hall dan Art market Hall.

Keren kan konsep “kantin”nya KTO ini.

Karena sudah lapar, kami pun mengarah ke salah satunya saja. Coba kalian tebak, saya minil yang mana?
yaiyalahhh, Food Experience Hall! he he

“kita akan makan siang disini ya” sedikit penjelasan Jenny yangbmembuat saya berpikir lagi, setelah melihat dapur ala-ala mastercheef yang sering saya lihat di stasiun TV luar dulu.

“ini beneran kita disuurh masak dulu untuk makan siang” tanya saya kepada Preu yang hanya di jawab dengan senyuman dan kibasan rambutnya.

Budhe Lee sedang asik menjelaskan cara masak ala Korea yang baik dan benar.
Budhe Lee sedang asik menjelaskan cara masak ala Korea yang baik dan benar.
Selain mencoba berbagai masakannya, kami belajar cara memasak masakan Korea juga lho.
Selain mencoba berbagai masakannya, kami belajar cara memasak masakan Korea juga lho.

Dan benar, kami disuruh ambil tempat di meja-meja yang sudah di sediakan. Jenny juga mengarahkan untuk memilih partner dalam pertandingan masak yang akan segera di gelar. Ternyata Wira memilih saya, dengan bahagia saya beranggapan pasti nanti saya akan banyak di fotoin sama fotografer yang sedang rajin ngevlog itu. Ternyata salah kawan!!, Kebalik, saya yang banyak disiruh motoin dan ambil video selama dia masak ha ha. Tapi itulah pertemanan.

Karena waktu kami tidak banyak, maka makanan yang akan kita masak juga katanya simple sekali. Lee Jong Im, sang guru masak waktu itu membimbing kami step by step cara memasak menu yang sudah di tentukan di awal. Nama masakannya keren Japchae dan Shrimp Vegetable Pancake. Keren kan, tapi itu aslinya bihi goreng dan bakwan isi jagung dan udang, persis kayak BALA-BALA! tapi seru sih, sang guru memberikan arahan yang sangat singat tepat dan jelas. Malah mas Cumilebay asik motreti si ibuk dengan kamera auto HDRnya.

Bumbu-bumbunya juga sangat simple sekali. Hanya di tabur-tabur trus diaduk saja. Namun minyak wijen memang hampir ada di setiap masakan Korea.

“Noo noooo, too much mas Wira!” wira di marahin salah satu mentor kami, gara-gara kebanyakan memasukkan garam ke adonan Shrimp vegetable pancake yang akan kita masak. Apalagi kalau saya nekat menaburkan boncabe kedalam adonan itu yaaa, bisa step kali mbak-mbak mentor masak yang membimbing saya.

Shrimp Vegetable Pancake, Pancake sayuran ini sekilas miriplah sama bakwan di tanah air.
Shrimp Vegetable Pancake, Pancake sayuran ini sekilas miriplah sama bakwan di tanah air.
Japchae hasil masakan saya dan wira. Coba tebak rasanya enak apa enggak?
Japchae hasil masakan saya dan wira. Coba tebak rasanya enak apa enggak?

Setelah selesai masak, kami di ajari cara menyajikan masakan-masakan itu untuk kami makan sendiri. Kalau saya sih langsung aja dimakan, tapi memang tata cara makan ala Korea yang harus seperti itu. Pas nyoba Japchae saya agak kaget. ternyata masakan saya dan wira enak juga ya. Apa ini salah satu sinyal buat kami untuk membuka restoran Padang di Korea? *gak nyambung mas ha ha. Bihun japchae ini rasanya sedikit kenyal dan manis. Mungkin karena dia dibuat dari tepung ubi kali ya.

Puas masak dan makan, saya dan beberapa teman pun berpamitan ke ibu Lee Jong Im, dan mengucapkan terima kasih sidah diajari cara masak yang simple dan no MSG kali ini. Mungkin kalau saya rajin masak seperti ini, sepertinya niat besar saya untuk langsing akan segera terwujud, semoga..

Destinasi selanjutnya adalah Fireman. Duh ngapain sih jauh-jauh ke Korea cuma liat pemadam kebakaran. Ternyata saya salah besar!.

Tiket masuk ke stuido Fireman. Di fotoin biar kayak yang laen aja ha ha
Tiket masuk ke stuido Fireman. Di fotoin biar kayak yang laen aja ha ha

Fireman yang ada di Seoul ini adalah jenis pertunjukan non verbal yang reguler di pentaskan. Kalau di FX Senayan seperti JKT48 gitu kali ya. Jadi Fireman itu adalah gabungan pertunjukan  parkour, tari-tarian manja dan drama komedi. Jadi adegannya adalah cerita di balik barak pelatihan para anggota pemadam kebakaran. Dan yang membuat saya takjub adalah mereka loncat-loncatan kesana kemari tanpa rasa takut sepertinya.

Saya aja meloncat dari kenangan masa lalu dengan dia sampai saat ini belum berhasil. Halahh malah curcol!

Foto bareng manja dulu sebelum cabut geng. Mereka inilah yang membuat pertunjukannya asik. Kalau di suruh milih Fireman dan KPOP, saya milih nonton ini sepertinya.
Foto bareng manja dulu sebelum cabut geng. Mereka inilah yang membuat pertunjukannya asik. Kalau di suruh milih Fireman dan KPOP, saya milih nonton ini sepertinya.

Buat kalian yang maen ke Seoul sih recomended sekali melihat pertunjukan Fireman ini. Jangan khawatir kalau tidak ada subtitle di bawahnya, karena mereka memang tidak ngomong bahasa Korea, hanya bahasa tubuh dan mimik lucu saja dalan mengantarkan cerita yang mereka pentaskan.

Segmen paling saya suka di pertunjukan Fireman ini.
Segmen paling saya suka di pertunjukan Fireman ini.

Keluar dari Cecil Theater, di daerah Jong-Deong langit sudah gelap. Sudah harus melanjutkan kembali perjalanan. Penjelasan dari Jenny kami akan melanjutkan perjalanan ke daerah myongdong. Kata kakak Prue itu daerah banyak jualan masker korea. Dan kami hanya tersenyum kalau inget pertama kali saya salah makai masker waktu perjalan ke Jeju tahun lalu. Berita gembirnya adalah, kami akan menginap di IBIS hotel Myeongdong, itu artinya dekat dengan toko-toko yang jualan masker, Ehh!

Kamarku di Ibis Myeongdong
Kamarku di Ibis Myeongdong

Sampai di hotel ternyata hanya meletakkan tas saja. Jenny mengajak kami makan malam spesial. Masyarakat korea biasa menyebutnya dengan ‘Chimaek’. Buat Wira dan Kadek yang memang penggemar drama korea, nama itu bukanlah hal yang baru. Chimaek adalah mengkombinasikan makan ayam dan beer.

Inilah yang di tunggu-tunggu para peserta Chimaek ini. Ayam dan Bir. Ada yang pernah nyoba?
Inilah yang di tunggu-tunggu para peserta Chimaek ini. Ayam dan Bir. Ada yang pernah nyoba?

Kebetulan saya dah gak minum beer jadi ya cuma makan ayamnya dan beberapa menu lainnya. Jenny mengajari saya makan sam. Cara makannya unik. Jadi semua makanan di masukin kedalam sebuah daun trus di bungkus dan dimakan. rasanya nano nano. Tapi enak sih, dan saya pun mencobanya berulang-ulang. Wira malah mengkombinasikan semua makanan yang ada di meja kedalam daun dan dimana. Ketika saya tanya mengenai rasa, dia hanya nyengir saja.

Peserta Chimaek yang siap sepertinya ketagihan mengudap lagi
Peserta Chimaek yang siap sepertinya ketagihan mengudap lagi
Cara makannya unik, di masukkan kedalam dedaunan seperti itu trus di makan. Rasanya enak geng
Cara makannya unik, di masukkan kedalam dedaunan seperti itu trus di makan. Rasanya enak geng

Puas makan, kami pun melanjutkan jalan-jalan di Myeondong. Tujuan awalnya sih mau nyari stretfood tapi tenryata perut dah penuh banget. Alhasil ya jalan-jalan cakep aja muterin myeongdong yang keren itu. Dan sampai di ABC store, saya terkesima dengan sebuah sepatu yang murah sekali. Saya bisik-bisik ke kokoh Ferry,

“itu asli gak sih koh? di toko onlen Jakarta harganya 800rb an kok disini cuma 200 ribu” Dengan berwibawa sambil mengelap kacamatanya kokoh Ferry menjawab.
“Asli itu lang, beli aja” jawaban singkat yang membuat saya susah tidur semalaman.
Menurut kalian saya akan beli gak ya sepatunya? *jawab di kolom komen ha ha

Penganut Pesan Kakek "Jadilah pejalan dan belajarlah dari perjalanan itu". Suka Jalan-jalan, Makan-makan, Poto-poto dan Buat Video. Cek cerita perjalanan saya di Instagram dan Youtube @lostpacker

Related Posts

Leave a Reply