Dan keesokan hari akhirnya saya berhasil membujuknya untuk periksa mata dan membelikannya kacamata baru. Pertama menolak, dengan dalih pasti kacamatanya mahal dan beragam alasan lainnya. Tapi dengan ilmu “membujuk” yang saya kuasai akhirnya beliau mau ikut ke toko kacamata dan diperiksa matanya sama embak-embaknya.
Ada hal lucu, pas di tes jenis-jenis huruf, si embak petugasnya sibuk bolak balik mengganti lensanya, ternyata setelah saya bisik-bisik ke beliau, jawabannya lugu.
Akhirnya mbak petugasnya mengecek kembali, hingga setelah beberapa percobaan ketemulah lensa yang pas buat beliau.
Seloroh beliau dengan senyum bahagianya, dan buat saya bahagia itu sederhana. Bisa melihat senyum dari bibir beliau aja sudah cukup. Jerih payahnya dulu berjualan sayur di emperan toko, agar anak-anaknya tetap bisa bersekolah kini sudah berbuah manis. Anak-anaknya sudah bisa membedakan huruf “x” dan huruf-huruf lainnya. Tidak seperti beliau yang masih harus bersusah payah mengeja huruf per huruf.
Dan akhirnya, yeayyyy Kacamata baru buat simbok, biar kalau kalau yasinan keliatan jelas tulisannya ya mbok.