Bernostalgia dengan Matarmaja

11

Siang terasa begitu terik. Matahari seolah sedang ganas-ganasnya menyengat ibukota. Anak-anak kecil terlihat berceloteh riang di tengah antrian. Dan saya salah satu orang yang sedang rapi antri di pemeriksaan tiket kereta. Satu hal yang tidak saya jumpai pada masa lalu. 

Semua penumpang terlihat antri dengam rapi menunggu giliran pemerinsaan tiket penumpang. Tiket-tiket ini diperiksa oleh petugas perihal kesesuaian nama dan nomer identitas yang tertera. 

Memasuki area tunggu stasiun juga rasanya berbeda. Semua terlihat bersih. Bahkan di beberapa sudut sudah terlihay vending machine yang menjual bermacam rupa minuman dingin.

Tapi ketika melihat kereta Matarmaja, ingatan saya seolah dipaksa pada belasan tahun silam. Sosok pemuda labil yang nekad backpackeran dengan modal sisa-sisa tabungan dari kerjaan buruh pabrik, demi sebuah tempat yang konon katanya merupakan surga bagi para pejalan. Bali   

  

Beberapa gerombolan muda-mudi asik bercengkrama dalam canda. Dan ransel-ransel biru yang meraka pakai itu , kembali memaksaku untuk mengingat. Ingatan tentang ransel biru pinjaman yang dulu dipakai pemuda labil yang sedang backpackeran ke Bali dengan kereta Matarmaja ini.
Namun sayang, ketika memasuki gerbong-gerbong kereta saya di pemuda labil pada masa lalu itu, susah sekali mengenalnya. Matarmaja yang dulu saya kenal, sudah bertransformasi menjadi sebuah kereta bersih dengan pendingin udara menggantung di beberapa bagian gerbongnya. Para penumpang yang bersesak ria di gerbong juga menghilang entah kemana. Matarmaja sekarang sudah berubah seiring kebutuhan jaman yang juga berubah. 

Di satu sisi saya bangga dengan perubahan ini. Artinya, generasi sekarang tidak perlu lari-larian menuju gerbong untuk melakukan perjalanan karena tiket dijual sesuai seat. Kondisi stasiun yang bersih juga membuat siapapun tidak enggan untuk menggunakan moda transportasi ini. Dan keberadaan asongan yang dulu berseliweran juga entah rain kemana. Padahal saya rindu sekali dengan nasi pecel hangat, ketika kereta singgah di beberapa stasiun.

Dulunya kereta Matarmaja ini lewat jalur selatan (jogja dan purwokerto). Tapi saat ini dialihkan melewati jalur utara melewati Semarang dan Solo. Dan pemandangan jalur ini adalah favourit saya, karena ada hamparan sawah hijau dan Pantai. 

  

Semburat rona senja sudah terlihat. Secangkit kopi sudah saya pesan di gerbong restorasi. Dan segenggam kenangan masa lalu bersama Matarmaja sudah mulai terkuat. Mari melanjutkan perjalanan kawan.

*sutiknyo-Matarmaja-7mei-15:50-gerbong6-nomer14c

Penganut Pesan Kakek "Jadilah pejalan dan belajarlah dari perjalanan itu". Suka Jalan-jalan, Makan-makan, Poto-poto dan Buat Video. Cek cerita perjalanan saya di Instagram dan Youtube @lostpacker

Related Posts

7 Responses
  1. indri juwono

    Waa, aku terakhir naik matarmaja pas ke Semarang akhir Maret itu.. Kangen naik kereta lagiii..
    (padahal tiap hari udah)

  2. Fahmi (catperku)

    Belom pernah naik matarmaja euy, biasanya kalau pulkam naik kereta api brantas yang ujungnya kediri 😀

Leave a Reply