Pink beach dan Gili Laba adalah dua destinasi asik yang wajib di kunjungin ketika kita melayari perairan Taman Nasional Komodo. Pantai berwarna pink dengan pesona underwaternya sangat menarik untuk di nikmati, sedangkan panorama alam yang membantang dari atas puncak Gili laba membuat siapapun yang menikmatinya enggan untuk melangkah pulang.
Matahari Sudah meninggi, Semua bergegas kembali ke kapal karena pelayaran akan segera dilanjutkan. Destinasi selanjutnya adalah Pink Beach. Masyarakat setempat lebih mengenalnya sebagai pantai merah. Butiran-butiran merah yang menyatu dengan paair pantai sejatinya adalah pecahan-pecahan koral berwarna merah yang ikut tersapu bersama ombak menyatu dengan pasir di pantai ini. Tapi memang selain pasir pantainya yang bagus, pesona bawah airnya juga menakjubkan. Karang-karangnya terlihat sehat. Soft Coral nya juga terlihat seperti menari ketika di sapu oleh ombak. Pink beach adalah spot yang bagus untuk bersnorkling, so jangan lewatkan momen serunya bersnorkling di lokasi ini.
Sejatinya Pink beach ini masih berada di pulau Komodo. Untuk mencapainya para wisatwan biasanya menggunakan jalur laut. Namun kata seorang ranger jalur darat juga bisa kita tempuh dari Loh liang. Cuma sayangnya kita harus berjalan kaki sekitar tiga-empat jam melewati hutan habitatnya komodo terlebih dahulu baru bisa sampai di spot pink beach ini. Sedangkan jika kita lewat jalur laut hanya mmebutuhkan waktu sekitar 30 menit dari loh Liang.
Semua kapal yang merapat ke Pink Beach tidak diijinkan melempar jangkar. Hal ini di berlakukan untuk melindungin koral-koral yang ada di seputaran pantai. Beberapa Tambatan yang terbuat dari tali sudah di sediakan untuk menambatkan kapal agak ketengah laut, jadi untuk menuju pantai kita di antar jemput oleh perahu kecil yang sengaja di bawa oleh setiap kapal. Jadi kalau kapal yang kita tumpangi tidak memiliki pasilitas perahu kecil, ya kita harus berenang menuju bibir pantainya.
Cobalah untuk menaiki kedua bukit yang ada di setiap ujung Pantai. Panorama alam yang tersaji dari atas bukit ini begitu sempurna. Hamparan savanna gersang, laut biru, langit biru, dan beraraknya awan putih seolah menyatu dalam sebuah bentang cakrawala yang indah. Tapi karena bukit-bukit ini juga masih dalam kawasan Taman Nasional Komodo, maka kita juga harus selalu waspada akan kehadiran sang bintang Naga purba tersebut.
Setelah puas bermain air di Pink Beach, Laju kapal pun mengarah ke sebuah pulau yang konon katanya menikmati indahnya pulau dari puncak bukitnya sangat luar biasa sekali. Saya sudah banyak melihat foto-foto hasil jepretan sahabat-sahabat saya ketika berada di atas pulau itu. Gili Laba, Gili memiliki arti pulau kecil. Jadi dalam fikiran saya Pulau ini tidaklah besar. Namun begitu sampai di sebuah teluk kecilnya saya dibuat takjub. Ternyata besar dan indah pulau ini. Sepertli layaknya pulau-pulau yang ada di perairan Flores.
Saya bergegas mempersiapkan segala hal untuk mengabadikan momen indah diatas puncak bukit sana. Sepanjang jalan saya di suguhi oleh tanjakan-tanjakan indah. Bahkan ketika hampir sampai puncak tanjakannya semakin curam. Layer-layer bukit dengan rumput yang mengering terlihat begitu sempurna. Hampir setiap pijakan kaki di tanjakan saya selalu berhenti untuk sekedar melepas penat dan memenuhi stock oksigen di paru-paru. Tapi semua itu terbayar ketika saya sampai di puncaknya. Pemandangan super indah bisa saya saksikan dengan mata kepala saya sendiri. Memang Tuhan itu menciptakan segala sesuatunya tidak mudah. Dibutuhkan sedikit perjuangan untuk mencapai titik paling indah menikmati indahnya pulau Komodo di seberang dari ketinggian ini.
Angin berhembus semakin kendang. Dua teman saya yang ikut bersama mendaki sudah turun terlebih dahulu. Tinggal saya sendirian berada di puncak bukit yang damai dengan segala keindahannya. Rasanya enggan untuk segera turun kebali ke kapal. Momen sunset ataupun sunrise pasti akan sempurna sekali jika di nikmati di puncak gili laba ini dengan di temani secangkir kopi hitam kethal. Ah angan saya langsung melambung ke angkasa raya bercengkrama dengan keindahan yang tersaji di puncak gili Laba ini.
Ketika kembali ke kapal, Eduard seorang designer grafis dari Belanda yang ikut dalam trip ini mengacungkan dua jempol nya kepada saya. “Good Job Brother”. Dalam petualangan ini dia berdua dengan pacarnya. Mereka menghabiskan 2 minggu waktu liburannya di Indonesia. Mereka sudah berkunjung ke Jogjakarta, Flores (walau hanya sebagian) dan ikut trip ini ke Lombok kemudian melanjutkan perjalanan ke Bali. Dan dari Bali mereka akan kembali ke negeranya di Belanda.
Sore menjalang, Pelayaran pun harus di lanjutkan. Menikmati sore dalam pelayaran adalah hal yang selalu membuat saya takjub. Terbenam nya matahari terlihat begitu indah jika di nikmati dari bagian depan kapal. Eduard menyodorkan sebotol beer dingin kepada saya. Setelah botol beer terbuka dia mengajak Toast sebagai tanda persahabatan kami. Dia cerita banyak hal tentang Negara, dan rasanya saya juga ingin meperlihatkan betapa indahnya Negara saya kepada dia.
Alhasil saya tunjukkan sebuah video travel sederhana yang saya buat, dan diakhir video dia langsung bilang “send your CV to my email please” ha ha. Dan rupanya dia tidak hanya ngomong, di keluarkannya sebuah kartu nama dan diberikannya kepada saya. Kami berdua hanya tergelak di anjungan kapal pada saat matahari beranjak turun hilang di cakrawala.
Sekitar pukul 19:00 kapal berhenti sejenak karena waktu makan malam kami sudah siap. Oh ya ketika kapal sedang menuju ke Gili laba tadi , seekor tengiri gemuk nyangkut di mata kail yang sengaja di lempar. Jadi tengiri segar menjadi primadona di menu makan malam kali ini. Walau hanya makan malam sederhana, tapi gak tau kenapa setiap menu makanan dihidangkan, rasa syukur saya berlipat ketimbang waktu saya makan di daratan. Dan setelah makan malam selesai kapal kembali melanjutkan pelayarannya. Kami akan berlayar overnight. Jadi kapal akan melakukan pelayaran sepanjang malam hingga besok paginya akan berlabuh di puau Satoda yang sudah masuk dalam kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat.