Ngaku Putra Bangsa Yang Peduli Budaya? Balajar Bareng Pakdhe Manteb Sudharsono Ke Solo Yuk!

11Rombongan Lestari Budaya

Sosok adipati Karno memang selalu tergiang ditelinga. Pada saat kakek dulu sering bercerita tentang tokoh-tokoh pewayangan, tidak tahu kenapa nama adipati Karno itu langsung nyenthel gitu di otak saya. Gambaran adipati karno adalah seorang ksatria gagah berani di medan perang, yang juga punya rasa welas asih kepada sesamanya.

LakonWayangmu
LakonWayangmu

Adipati Karno adalah sosok ksatria yang gagah berani di medan perang. Lahir dari dewi Kunti dan betara Surya. Dalam trah pewayangan, adipati karno adalah kakak tertua dari pandawa. Namun beliau di ceritakan tidak bergabung dengan adik-adiknya di Pandawa, malah memilih bergabung dengan prabu Duryadana dari kurawa.

Pertama saya juga heran kenapa beliau tidak memilih bergabung membela kebenaran bersama para Pandawa. Ternyata dari bayi, Adpati karno sudah di hanyutkan oleh sang ibu Dewi Kunti, dengan dalih menjaga kehormatan. Adipati Karno di temukan oleh Adhirata, sang kusir kereta. Dan Karno yang sejatinya kaum ksatria.

Dan cerita adipati Karno inilah yang akhirnya membawa saya sampai ke kota solo untuk sowan ke kediaman pakdhe manteb, sang dalang setan itu. Sejatinya program ini adalah besutan dari Oskadon yang selalu tergiang dengan jargon pancen oye-nya itu. Dan sosok pakdhe Manteb Sudharsono sudah melekat sekali dengan brand yang pancen oye itu.

***

Perjalanan ini bertajuk Lestari Budaya. Tujuannnya adalah nguri-uri atau melestarikan budaya yang dimiliki oleh bangsa ini agar tidak punah seiring dengan kemajuan jaman yang kian pesat.

Pemenang Lakon Wayangmu
Pemenang Lakon Wayangmu

Peserta dari trip Jelajah Budaya ini adalah para pemenang dari kuis yang di buat oleh Oskadon beberapa waktu lalu. Kuisnya sendiri sangat menarik. Para peserta di minta menuliskan kisah-kisahnya yang mirip dengan tokoh wayang idolanya.

Lakon Wayangku Yudhistira, kamu?
Lakon Wayangku Yudhistira, kamu?

Meskipun saya mengidolakan adipati karno, tapi ternyata karakter saya lebih mirip dengan Yudhistira. Hasil dari aplikasi #LakonWayangmu yang mencocokan jawaban-jawaban dari setiap pertanyaan yang harus saya jawab di aplikasi tersebut.

Ini adalah sifat Yudistira yang kata aplikasi #LakonWayangmu ini mirip sama saya.

“Yudhistira yang mudanya dikenal sebagai Puntadewa, memiliki gelar Sang Ludira Seta, artinya pria yang tulus ikhlas. Kamu yang cinta damai dan baik hati, cocok banget dengan lakon Yudhistira. Karena terlalu baik, kadang kamu rela mengorbankan apapun untuk membantu temanmu yang kesusahan. Yudhistira pun sampai rela memberikan isterinya pada orang terdekatnya. Ketika sedang di dalam kelompok, kamu cenderung menghindar dari konflik layaknya Yudhistira yang awalnya tidak setuju dengan Pandawa lainnya untuk memulai perang Baratayuda.”

***

Ciri Traveler Pemula
Ciri Traveler Pemula

Pagi masih larut ketika saya dan Fahmi Kucing mengawali perjalanan menuju Solo. Hari ini saya dan beberapa teman pemenang dari lomba #LakonWayangmu akan sowan ke kediaman pakdhe Manteb di Karang Anyar, Jawa tengah. Jujur ini adalah perjalanan pertama saya yang landing langsung di bandara Adi Sumarmo Solo. Biasanya kalau mau ke Solo tetap menuju jogja dulu, kemudian lanjut dengan kereta api express dari Jogja menuju Solo.

Solo Dari udara
Solo Dari udara
Pagi diatas Solo
Pagi diatas Solo

Pemandangan Pagi hari dari atas kota solo sungguh menakjubkan. Perkotaan yang terlihat tertata rapi, serta sawah-sawah yang luas dengan disinari oleh matahari pagi yang membiaskan cahaya.

Sugeng Rawuh Wonten Solo
Sugeng Rawuh Wonten Solo

Sekitar pukul tujuh pagi, pesawat Garuda yang saya naiki landing dengan sempurna. Dan karena seluruh pemenang dari lomba bercerita #LakonWayangmu ini berasal dari kota Solo dan sekitarnya, akhirnya kami yang datang kepagian ini harus menunggu kedatangan mereka. Untunglah tempat menunggunya sangat cihui sekali. Rumah makan dengan menu-menu nan lezat dan menggoda. Saya sedikit di bikin takjub dengan adanya sebaskom pete dan jengkol yang merupakan makanan kesukaan saya.

Rombongan Wisata Budaya
Rombongan Wisata Budaya

Perjalanan ke rumah Pakdhe Manteb di Karang Anyar

Siang menjelang, matahari terlihat sudah mulai meninggi, dan kota solo sudah terasa panas juga saat itu. Semua peserta sudah berkumpul sebanyak delapan orang. Perjalanan menuju kediaman pakdhe Manteb pun di mulai. Perjalanan menggunakan bis kurang lebih membutuhkan waktu tempuh sekitar satu sampai satu setengah jam perjalanan.

Seru di Bis
Seru di Bis

Memasuki daerah Karang Anyar, pemandangan berganti dengan persawahan yang hijau. Bahkan di beberapa tempat sengaja di buat model teras siring. Duh pasti segar sekali ya jalan-jalan pagi di pematang-pematang sawah itu.

Sebuah rumah dengan joglo megah terlihat di seberang persawahan. Saya yang hanya melihatnya saja dari kejauhan sudah senang sekali. Dan baru tahu kalau itu adalah kediaman pakdhe Manteb, setelah di kasih tahu dari pihak panitia.

Rumah kediamannya sendiri ada di samping joglo besar ini. Bangunan Joglo ini di buat oleh pakdhe Manteb untuk sarasehan juga latihan dan melatih serta ruang serba guna buat sanggar asuhan dari pakdhe Manteb.

Melihat ke depan Joglo, sudah disuguhi oleh persawahan yang keren. Udara pagi di depan rumah pakdhe ini juga pasti enak sekali. Pantes saja pakdhe Manteb tetap bugar di usianya yang sudah semakin senja.

Sharing bareng pakde Manteb
Sharing bareng pakde Manteb

Kami semua duduk membentuk lingkaran. Diawali kata sambutan dari pihak penyelenggara #LakonWayangmu ini, yakni Oskadon, kemudian di lanjut dengan sesi bercerita pakdhe Manteb tentang perjalanan hidupnya dalam karir mendalang. Para peserta terlihat antusias sekali dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kisah-kisah pewayangan. Saya juga gak mau ketinggalan dong, bertanya tentang sifat-sifat dari adipati Karno sang tokoh idola saya. Ternyata apa yang di ceritakan kakek dulu, tidak banyak perbedaan dengan yang pakdhe Manteb ceritakan.

Pakdhe Manteb
Pakdhe Manteb
Pak Manteb dan Cucunya yang juga Dalang
Pak Manteb dan Cucunya yang juga Dalang
Bu Manteb dan putranya
Bu Manteb dan putranya

Pengalaman Mistis Pakdhe Manteb

Pengalaman seru dari ki dalang setan ini yang membuat bulu kuduk saya bergidik adalah ketika beliau di undang untuk mendalang pada sebuah kampung. Datang ke lokasi yang memang di seberang sungai, pakdhe menyeberang melewati jembatan kecil. Nah kejanggalan mulai terjadi ketika pagi hari tiba. Biasanya jam tujuh pagi itu tanah jawa sudah terang benderang.

Nah menurut penuturan pakdhe waktu itu hingga jam Sembilan siang masih gelap kondisi sekitar. Lakon wayangnya sudah sambung menyambung tetap saja belum ada matahari. Setelah cahaya matahari sedikit muncul, pakdhe menyelesaikan cerita wayangnya dan berpamitan pulang. Hal aneh ketika beliau kembali menyeberang jembatan kecil itu. Disapa orang pagi-pagi melewati jembatan itu.

“Pagi-pagi sudah disini dari mana pakdhe?”

“itu habis ndalang di sana”

Nah ketika menunjuk keramaian tadi malam di seberang sungai itu, seketika beliau terkejut. Keramaian yang tadi malam dilihat dan mementaskan wayang itu adalah kuburan kawan-kawan, duhhhh

Kisah sedikit horror lagi ketika beliau di tanggap oleh seorang wanita cantik sekali dari sebuah kota di pantai utara Jawa. Sang ibu yang mau menanggap wayang itu datang menenui pakdhe di rumahnya. Dengan uang panjar akhirnya di sepakati kapan perhelatan wayang akan di gelar.

Pas hari yang sudah di sepakati tiba, pakdhe datang ke lokasi dengan perlengkapan wayang lengkap. Tapi ketika tiba di tempat tujuan, rumah ibu-ibu yang memesan pertunjukan wayang itu tak ketemu juga. Setelah lelah mampirlah pakdhe pada sebuah warung kopi kecil. Pas ditanya penjaga warung dan pakdhe bercerita kisahnya hingga sampai di warung itu, sang ibu penjaga warung pun sedikit heran dan tersenyum.

“Wong ayu kuwi bukan manusia pak Manteb, beliau adalah penunggu laut yang ada disini, untung pak Manteb tidak ndalang disana, bias-bisa gak pulang pak”

Serem gak sihhh

Cerita-demi cerita mengalir. Obrolan demi obrolan juga semakin seru. Antusias dari peserta trip #LestariBudaya ini juga makin hot. Apalagi bu Manteb menyediakan kudapan kacang rebus dan teman-temannya yang pas buat temang cangkrukan.

Saatnya Berpamitan

Di ruang tamu pakdhe
Di ruang tamu pakdhe

Tak Terasa sore menjelang, itu artinya kami harus menyudahi kunjungan ke kediaman pakdhe di solo ini. Banyak sekali ilmu yang saya dapat dari beliau sang dalang Setan ini. Tapi yang paling saya garis bawahi adalah tentang sebuah konsistensi dalam berkarya. Pakde Manteb Sudharsono sudah sepuh. Di usia rentanya beliau masih selalu mengajak masyarakat dan generasi muda untuk mencintai budaya kita sendiri. Sepak terjang beliau tidak hanya di dalam negeri saja. Dari benua Asia hingga Eropa beliau mengabarkan tentang wayang kulit yang menjadi jati diri bangsa ini.

Selfie Bareng pak Manteb
Selfie Bareng pak Manteb
Penghargaan yang di terima Pakdhe
Penghargaan yang di terima Pakdhe
di teras Joglonya pakdhe
di teras Joglonya pakdhe
Di ruang tamu pakdhe
Di ruang tamu pakdhe
Bu Manteb
Bu Manteb

Kami berpamitan kepada pakdhe dan keluarga. Bahagia bisa bersua langsung dengan beliau. Biasanya saya hanya melihatnya dari layar kaca lewat jargon oskadon pancen oye-nya.

Sebuah pelajaran luar biasa yang patut saya syukuri sudah bisa bergabung dalam trip #LestariBudaya ini. Semoga aksi-aksi kecil seperti ini membuat generasi muda negeri ini lebih mencintai budaya kita. Tidak hanya bisa berkoar-koar dan nyinyir  ketika budaya kita di caplok oleh negera lain.

Lestari budayaku.

Penganut Pesan Kakek "Jadilah pejalan dan belajarlah dari perjalanan itu". Suka Jalan-jalan, Makan-makan, Poto-poto dan Buat Video. Cek cerita perjalanan saya di Instagram dan Youtube @lostpacker

Related Posts

2 Responses

Leave a Reply